Selamat Tahun Keenam Pernikahan

Sama seperti tahun sebelumnya.

Waktu itu...

Saat kita memutuskan untuk melepaskan status kesendirian kita. Mulai hari-hari itu, kita selalu diselimuti beragam serangkaian peristiwa yang kadang membuat kita mengerutkan dahi. Perbedaan pendapat tentang ini-itu tidak jarang kita selami. Sebagai bagian dari serangkaian peristiwa dimana kita sama-sama harus meleburkan ego "ke-aku-an"dalam diri kita masing-masing.

Hari dan bulan pun berganti. Segala bentuk persiapan dan deretan hasil persiapan itu telah terbentang dalam ruang simpanan. Tapi, entah mengapa kita masih terasa ringkih. Padahal pertemuan kita sudah berjalan sekitar tujuh tahun lamanya. Rasanya, terasa masih ada yang mengganjal dalam diri kita. Sesuatu yang tidak bisa kita jelaskan: apa itu sebenarnya. Sampai akhirnya hari itu pun tiba.

Pada hari itu. Aku mengenakan kemeja putih lengan panjang berbalut jas hitam dan peci sisa lebaran. Oleh perwakilan keluargamu, aku diminta duduk di tengah-tengah mushola sebelah rumahmu. Sementara aku sendiri tidak tahu, di mana kamu berada. Tetapi, secara tiba-tiba kamu menghampiriku dari belakangan dengan pakaian yang membuatmu ku pandang lebih cantik dari sebelumnyaDan kita pun menyelesaikan proses tegang dan bahagia itu dengan penuh hikmat sampai akhirnya kita dinyatakan sebagai pasangan: suami-istri. Hingga rasa ringkih dan hal-hal yang mengganjal sebelum prosesi tersebut menguap begitu saja. Hilang!

Kini. Hari-hari yang menegangkan itu telah memasuki tahun keenam. Dan aku pun selalu berusaha mengingat semua seorangkaian peristiwa itu sebagai rasa syukur yang tidak terkira. Apalagi, kehadiran Luna telah mengubah seluruh hal dalam hidup kita. Semuanya! Meski secara perlahan kita diajarkan memegang amanah dan karunia Allah untuk kita dekap bersama, hingga ia menjadi pribadi penuh bakti dan kasih sayang.

Rasanya. Bila kita mengingat kembali setiap obrolan menjelang tidur yang kita lalui. Tanpa terasa secara perlahan rangkaian puzzle impian kita mulai tersusun secara rapi dan teratur. Dan seperti biasanya, kita hanya perlu tetap sabar berusaha menyusun sisa-sisa puzzle itu secara perlahan dan hati-hati. Sampai akhirnya, rangkaian puzzle yang utuh nanti itu, disempurnakan oleh Sang Maha Sempurna menjadi saksi hidup bagi para generasi kita. Kelak.

Ohya. Maafkan aku. Bila belakangan ini cukup sok-sibuk dengan diriku sendiri. Sehingga entah mengapa aku tidak bisa menulis banyak-banyak dan panjang-panjang: tentang kita dan Luna. Tapi, percayalah, cintaku pada kalian berdua selalu bertambah banyak-banyak dan panjang-panjang. He!

Selamat ulang tahun keenam pernikahan kita, Nda. Kita berdoa dalam-dalam di hati kita. Tidak perlu dalam tulisan ini.

Muach!


0 komentar: