1st Wedding Anniversary


Setahun lalu, tepat tanggal 30 Mei. Aku semacam terpaku dengan segala macam debar jantungku yang tidak bisa aku kendalikan. Jantungku berdebar lebih cepat dari biasanya. Bahkan mengalahkan debar jatung kala ujian pendadaran skripsi dan tesis yang beberapa waktu sebelumnya aku hadapi. Sekalipun, aku berpakaian yang sama dan hanya ditambah peci saja. Aku berusaha semaksimal mungkin mengontrol debar jantungku. Apalagi, saat kamu menghampiri dan langsung duduk disebelahku. Rasanya, aku semakin menjadi tidak karuan. Jantungku makin berpacu tepat. Barangkali, kamu juga merasakan seperti yang sama dengan apa yang aku rasakan.

Sesekali aku menghela nasfas panjang—sama seperti yang aku lakukan saat sidang pendadaran. Begitu pulang denganmu yang juga sesekali menghela nafas panjang. Apalagi, saat tiga orang laki-laki tetuah yang ada dihadapan kita memberikan aba-aba agar acara segera dimulai. Pembawa acara pun memulainya sesigap mungkin dan membacakan seluruh susunan acara. Keringatku pun mengucur deras dan debar jantungku semakin cepat. Dan suasana pun meledak dengan ucapanku..

Qobiltu nikahaa wa tazwijaha bil mahrilmadzkuri haalan” aku menjawab apa yang disampaikan ayahmu dengan debar jantungku yang berdebar lebih kencang itu.

“Alhamdulillah..” sahut seisi masjid.  

Kita pun ‘sah’ menjadi suami istri. Sebuah hubungan yang mengikat kita berdua sebagai pasangan suami istri. Kita sama-sama hanya menyakini—bahwa apa yang kita lakukan ini merupakan serangkaian yang sebelumnya tidak pernah kita sangka-sangka. Maka, wajar saja, saat kita memutuskan untuk membina rumah tangga—menikah. Ada banyak orang yang tidak percaya bahwa kita akan menikah. Sebab mereka yang ada disekeliling kita hanya mengetahui sebagai rekan pertemanan dalam beragam kegiatan. Tapi, biarlah. Apa yang kita jalani ini, semoga merupakan kehendak Tuhan untuk meninggikan derajat ketaqwaan kita sebagai keluarga.  

Menikah adalah jalan pulang dalam menjalani hidup

Setiap orang memiliki orientasi dan espektasi tertentu dalam menjalani hidup. Kedua hal tersebut semacam menjadi agenda tiap rentang waktu tertentu, terutama saat hendak mengawali tahun baru dan momentum istimewa tertentu—seperti pernikahan. Ya! menikah. Sebab dengan pernikahan seseorang akan memulai perjalanan hidup dengan momentum yang sama. Yakni, akan menjalani perjalanan hidup kedepan bersama dengan pasangannya secara bahagia—dengan segala bentuk kemudahan dan kesukarannya.

Maka, hakikat seseorang yang hendak menikah pada dasarnya adalah merencanakan sesuatu dalam hidupnya. Artinya, harus memiliki orientasi dan espektasi yang sama dengan pasangan dalam mengarungi biduk rumah tangga. Sebab menikah tidak hanya pertalian atau penyatuan ikatan dua diri, dua perasaan dan dua jiwa. Melainkan penyatuan dua keluarga, dua budaya, dua adat, dua ego, dua kepribadi—dan berbagai perbedaan yang harus sama-sama dimengerti dan dipahami sesama pasangan sehingga tercipta visi bersama. Itu sebabnya kita mengganggap bahwa menikah adala jalan pulang dalam menjalani hidup.

Pernikahan selalu menemukan kejutan-kejutan tertentu..

Setelah satu tahun ini, kita mengaruhi biduk rumah tangga. Adanya banyak hal yang kita temui sebagai serangkaian perjalanan untuk memantaskan diri kita bersama—berusaha memantaskan diri sebagai suami, istri dan orang tua yang baik. Barangkali, letak ‘pemantasan yang baik’ itu merupakan pelajaran hidup yang senantiasa harus kita hadapi dan kita pelajari bersama. Bahkan seringkali kita menemukan berbagai kejutan-kejutan yang tidak pernah kita sangka dan kita pikirkan sebelumnya. Entahlah, apakah ini yang disebut sebagai sebab akibat seorang sudah menikah.

Dari serangkaian kejutan-kejutan hidup yang kita hadapi. Barangkali, yang sangat istimewa bagi kita bersama yakni hadirnya sang buah hati yang kini engkau kandung istriku. Oleh sebab itu, aku tidak bisa memberikan kesimpulan dalam tulisan ini agar cerita kita selalu mengalir. Entah, sebagai cerita dan sejarah untuk kebersamaan kita—sebagai pelajaran untuk generasi kita yang akan datang.

... Selamat satu tahun pernikahan kita istriku: Zulaekha Lestari Putri. Semoga dekap doa dan bahagia yang membagiakan selalu bersama keluarga mungil kita.





0 comments: