Surat untuk Ela Nofitasari

Ela yang baik,

Kadang-kadang, dalam hidup kita selalu menemukan beragam serangkaian kejadian yang tidak pernah kita sangka sebelumnya. Biasanya, pada situasi itu, tidak jarang kita akan dihadapkan pada situasi, dimana kita harus memilih tentang sesuatu hal. Kita sebut saja itu sebagai—dilema

Barangkali, adanya petisi online mengenai ajakan pemecatanmu sebagai pengurus Ikatan menjadi hal biasa terjadi dalam sebuah drama kehidupan strukrural dan kultur kader yang masih sulit menerima mereka yang melawan arus. Posisimu sebagai salah satu Relawan Gadis Ahok yang dianggap "kurang patut" bagi sebagian kalangan dalam tubuh Ikatan ini. Tentu saja, hal tersebut didukung dengan berbagai dalih dan dalil—yang hakikatnya cenderung lebih pada aspek polemik-situasional. Cara-cara petisi online semacam ini, sepatutnya tidak perlu dilakukan sesama kader Ikatan, sehingga menyebabkan seisi dapur menjadi konsumsi publik. Lebih-lebih, publik media sosial yang lebih mirip hutan rimba, dimana segala suatu bisa terjadi dan terkonsumsi. 

Barangkali, situasi ini membuatmu tidak nyaman dan mungkin saja segelintir kader dalam tubuh Ikatan ini. Pilihan berbeda yang kamu lakukan semacam menjadi embrio, dimana kamu harus memilih dilema kejadian dalam hidupmu. Situasi seperti dicampakkan dan sengaja dibuang—juga pernah saya alami beberapa tahun lalu—yang sama persis memiliki pandangan dan sikap yang berbeda dengan jamaah strukturalis. Namun, percayalah Ela, rangkaian perjalanan perkaderan ini akan menjadi lebih menarik, bila kita memiliki cara-cara berbeda dalam berpikir, melihat, dan menyelesaikan persoalan dalam tubuh Ikatan ini. Jadi, memilih menjadi srikandi struktural atau memilih jalan relawan politik yang penuh kilau arena dan duri berbatu. Itu adalah pilihan yang memang sama-sama tidak mengenakkan—dilema.
Allhamdullillah..
Melalui Rapat Pleno DPP IMM malam Ini, Selasa 8 November 2016 di Menteng Raya, tugas saya di DPP IMM Periode 2016-2018 sudah selsesai. Hasil Pleno Teman-teman BPH DPP IMM, lebih memilih untuk Mengikhlaskan saya berkarir di Relawan Gadis Ahok. Terkhusus saya ucapkan Terimakasih kepada Ketua Umum DPP IMM Kanda Taufan Putrev Korompot yang memberikan dukungan secara pribadi kepada saya untuk berkiprah menjadi Relawan Gadis Ahok.
Setelah kurang lebih 7 bulan saya di amanahkan oleh TIM Formatur Sebagai Sekbid IMMawati, tentu banyak kekurangan dan kealfaan dalam menjalankan amanah tersebut, dan mungkin juga mengecewakan kader IMM diseluruh Dunia, dari hati yang paling dalam saya haturkan permohonan maaf yang sebesar besarnya, Semoga IMM kedepan menjadi Organisasi mahasiswa terbaik dan nyata memberikan kontribusinya untuk umat, agama,bangsa, Persyarikatan dan Kemanusiaan. Aamiin.

Secara Pribadi saya sampaikan, dibumi manapun kaki ini melangkah adalah lahan Dakwah untuk Menebarkan Kebaikan bagi Umat Manusia, sebab Darah dan Semangat IMM telah terpatri di dalam Jiwa. Karena bukan waktu yang sebentar saya di kader dan di tempa di IMM, sejak di komisariat yang jauh di pelosok Kerinci sana, hingga bisa mencapai puncak Kepemimpinan IMM selama dua periode adalah pengabdian yang tidak bisa saya lupakan seumur hidup.

Terimakasih IMM ku..
Abadi Perjuangan mu..
JAYALAH IMM..
Billahii fii sabillillhaq Fastabiqul khairat
Wassalamuaalaikum Wr.Wb
Jakarta, 8 November 2016, 23.59 WIB
Ela Nofita Sari
Status media sosialmu yang telah menyebar dalam seluruh jagad polemik—aksi heroik religius dan saling klaim kebenaran serangkaian kejadian beberapa minggu belakangan ini. Semacam memberikan pesan bahwa para kader dalam Ikatan ini masih rentan dan enggan menerima berbagai keputusan yang berbeda. Maka, lihat saja, apa yang terjadi pada Buya Syafii—sosok, orang tua, dan guru bangsa ini dicaci maki sedemikian rupa—oleh kader dan anggota rumahnya sendiri, hanya karena nggan mengikuti arus besar yang saat ini terlihat—seksi.

Ela Nofita Sari yang baik,

Apapun keputusan pleno jamaah struktualis, sebaiknya tetap kamu terima saja dengan lapang hati. Tetaplah cintai para jamaah strukturalis itu dengan dukungan, dorongan, dan simpati. Tidak perlu benci mereka dengan segala bentuk alasan—dari diri dan orang sekelilingmu. Sebab, saya yakin kamu memiliki imunitas perkaderan yang baik—yang setidaknya dibuktikan dengan mampu menyelesaikan seluruh tingkatan perkaderan formal dan khusus. Jadikan ini sebagai langkah, dimana kamu dapat menyelesaikan dan berbuat karya-karya kreatif yang jauh lebih bermakna, tanpa harus melibatkan simbol Ikatan—sebab, semuanya telah mengalir deras dalam darah dan langkahmu. Memang tidak banyak orang yang berani berterus terang dengan keputusan—polemik. Sehingga apa yang kamu lakukan, semacam menjadi potret dimana seorang kader harus berani bersikap berbeda. Tentu, hal tersebut harus dilakukan dengan sikap penuh tanggung jawab.

Kadang-kadang, berkader dalam Ikatan ini membutuhkan sikap berbeda. Apalagi, hampir 65% dari kader Ikatan ini, bukan lahir dari keluarga, sekolah, dan lingkungan rumah besar persyarikatan sebagaimana telah saya terangkan dalam buku "Genealogi Kaum Merah". Hal ini memberikan pertanda bahwa secara paradigma dan kultur kader menjadi sangat bervariasi. Tetapi, jauh semua itu—sikap kecintaan dan loyalitas akan senantiasa menggugurkan semua hal-hal yang dianggap—berbeda.

Percayalah. Kader yang butuhkan dan yang menjadi martir dalam dalam Ikatan ini, bukanlah mereka yang hanya nyenyak—dengan serangkaian kegiatan formalis, strukturalis, simbolik, dan dogmatik. Kita membutuhkan geladak baru dalam mengayung visi dan misi Ikatan ini ke dalam seluruh sendiri-sendiri kehidupan, sehingga mampu dirasakan seluruh alam raya. Maka, modal yang perlu kita sediakan adalah bagiamana kita tidak terjebak—atau menerima berbagai lebel dan merek tertentu yang disematkan oleh orang-orang yang tidak setubuh dengan kita. Biarkanlah! mereka menjadi penghujad—yang enggan memberikan sikap kesantunan, kesejukan, dan futuris dalam melihat apa—yang disebutnya berbeda. Namun, setidaknya, para penghujad itu juga penting ketimbang tidak peduli.

Ela Nofita Sari yang baik,

Selamat mengayuh pilihan berbedamu. Semoga, perjalananmu menyenangkan dengan segala bentuk turbulensinya. Bila nanti sudah sampai ke hulu atau kamu hendak menepi ke tepian, jangan lupa melihatlah ke hilir. Barangkali, kamu masih mampu mengingat berbagai serangkaian kebersamaan berkader dalam tubuh Ikatan ini—rumah dimana kamu akan menemukan jalan pulang. 

... jangan lupa selfie dulu :)


0 komentar: