Idealisme


Apakah para aktivis yang korup sekarang ini tidak idealis di waktu menjadi mahasiswa/masa mudanya?

Pertanyaan yang tadi pagi dilontarkan salah seorang peserta waktu saya mengisi diskusi. Idealis—kata yang penuh makna dan pertentangan. Bermakna untuk memberikan pandangan masa depan dan kebenaran—ideal. Pertentangan saat berhadapan dengan paham dilema.

Kamus Bahasa Indonesia (1998) memberi pengertian idealisme sebagai bentuk hidup atau berusaha hidup menurut cita-cita, menurut patokan yang sempurna. Dalam aliran filsafat berarti menganggap pikiran atau cita-cita sebagai satu-satunya hal yang benar dan dapat dicamkan dan difahami. Idealisme dalam kalangan filsafat dikemukakan pertamakali oleh Liebniz sekitar abad ke 18 M.

Idealisme—bisa kita maknai sebagai sebuah tanaman yang kita pelihara mulai dari bibit. Menanamkannya pada tempat yang subur, menyiram dan memberinya pupuk sebagai sumber kehidupan. Membasmi hama sebagai bentuk penggannggu yang hanya menyebabkan kerusahakan pada daun, batang, dahan—ataupun akarnya. Dan bila suatu saat sang pohon sudah besar dan membutuhkan ruang aktualisasi pengembangan dirinya. Kita pun tak punya tak banyak pilihan selain harus memotong sebagian ranting agar tak menyebabkan kecelakaan orang yang berteduh—mengembangkan diri sang pohon tak harus dengan membunuhnya hanya alasan nilai ekonomis. Melainkan membiarkan dia terus tumbuh dan memberi kesejukan bagi banyak orang. Idealisme merupakan bentuk proses yang tidak berjalan secara tiba-tiba. Ia merupakan sekumpulan proses yang akhirnya memberikan suara dalam diri untuk bisa memberi arah dan dentuman hati—pohon yang menyejukkan bagi banyak orang.

Idealisme sebagai sebuah bentuk manifestasi dari ide. Maka, dalam ini saya sepakat dengan apa yang disampaikan oleh Plato (427-437 SM). Plato percaya bahwa ide merupakan realitas yang sebenarnya dari segala sesuatu yang ada dan yang dapat dikenali lewat panca indra. Misalnya, waktu melihat pohon secara inderawi maka objek tentang pohon akan selalu hadir dalam alam pikiran. Pohon yang rintang, daunnya hijau, batangnya besar dan lainnya. Meski suatu saat sang objek sudah tak ada namun konsepsi tentang pohon selalu akan hadir—ide abadi.

Persoalan orang mengaku seorang idelalis. Kemudian menentang apa yang menjadi keputusan hatinya yang idealis. Barangkali, kita bisa maknai sebagai bentuk pengkhiatan atas dirinya sendiri dan keidealisannya. Idealisme tak bisa terdefisikan dalam bentuk wujud. Melainkan dentuman iman yang menuntun kita berjalan menentukan arah yang hendak kita napaki. Dan idealismehanya akan menjadi dirinya sendiri meski dikhianati—ide; abadi.

di Indonesia hanya ada dua pilihan
menjadi seorang yang idealis atau pragmatis.
dan aku memilih menjadi seorang yang idealis
sampai batas yang sejauh-jauhnya
—SoeHok Gie



0 komentar: