Pertama kali saya mengenal Pak Anjar semenjak mengikuti wawancara dosen untuk Prodi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah Purwokerto (HES UMP). Waktu itu, Pak Anjar menjadi salah satu pewawancara sekaligus Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Alumni (saat ini Rektor UMP). Sebagai orang diwawacarai bagaimanapun saya tetap deg-degan, sekalipun saya telah berteman di Facebook.
“Kamu anak IMM, tho?” Tanya Pak
Anjar di akhir sesi wawancara setelah membaca biodata saya yang kebetulan saya
juga mencantumkan pengalaman organisasi.
“Iya, Mas. Saya IMM. Saya tahu
Mas Anjar juga kok” jawab saya seenaknya waktu itu. Semacam saya tidak sadar bahwa
beliau adalah pimpinan Universitas. Sebelum mendaftar seleksi dosen saya memang
sudah pernah diceritakan teman-teman pengurus DPD IMM DIY (waktu itu sebagai
Sekretaris Umum DPD IMM DIY), kalau ada mantan Ketua Umum DPD IMM DIY yang
menjadi dosen di UMP.
“Piye kabar IMM sekarang…” Tanya
Pak Anjar. Saya pun menceritakan kondisi IMM DIY sepanjang yang saya ketahui,
beliau pun menceritakan tentang keadaan IMM pada saat periode beliau. Maka,
jadilah wawacara kerja semacam menjadi reuni, apalagi wawancara saya dengan Pak
Anjar merupakan meja terakhir dan sekaligus hampir barisan terakhir.
Sekitar satu bulan setelah saya
selesai ikut proses seleksi dosen tersebut. Saya dinyatakan diterima sebagai
dosen di UMP. Tentu saja, sebagai orang yang akan menikah dua bulan lagi
setelah pengumuman tersebut saya senang sekali sekaligus berat sekali. Senang
karena saya memiliki pekerjaan sesuai dengan keinginan sekaligus penopang hidup
sebagai keluarga kecil sedang ingin saya bina. Sementara di sisi lain, terasa
berat dikarenakan saya masih merasa “fakir ilmu” mengenai Muhammadiyah sekaligus
satu Prodi dengan senior di organisasi (IPM dan IMM), senior di Prodi, dan
Pimpinan. Salah satu senior dan Pimpinan tersebut siapa lagi kalau bukan Pak
Anjar Sendiri.
Barangkali, bagi (sebagian) orang
bekerja dengan senior merupakan hal yang asik, enak, dan menyenangkan karena
akan langsung dibina sebagaimana di Organisasi. Namun, hal tersebut tidak
selamanya demikian, sebagaimana berlaku setidaknya di IPM dan IMM hal-hal
demikian hanya terjadi pada hal-hal yang bersifat organisasional dalam
mendorong progresifitas dan masifitas organisasi, sedangkan untuk persoalan
pribadi akan senantiasa ditaruh jauh-jauh dari jubah organisasi. Alasannya
sederhana yakni membangun cara bersikap dan bertanggung jawab—sebagaimana umum
terjadi di banyak organisasi.
Sebagai senior dan pimpinan Pak
Anjar selalu menyampaikan kepada saya—juga kepada dosen yang lain khususnya para
dosen muda bahwa sangat penting membangun kepakaran dan mengurus jabatan
fungsional akademik. Beliau selalu menyampaikan bahwa beliau selalu naik pangkat
dua tahun sekali, sekalipun untuk pengajuan guru besar yang saat ini sedang
diajukan terendap hampir 11 tahun dikarenakan kesibukan dan aktivitas padat
beliau. Bila ada di antara kami (dosen) muda belum mengurus jabatan fungsional
akademik, beliau kerap menyinggungnya agar segera mengurus meski disampaikan dalam
keadaan bercanda. Berhubung dalam masalah pengajuan jabatan fungsional akademik
saya tidak terlalu bermasalah (Maaf. Hihi) tentu saja saya juga ditegur dalam
persoalan yang lain, salah satunya berkaitan teknis pembelajaran daring yang
butuh respon cepat ataupun dua buku beliau yang dulu tidak segera terbit.
Kebetulan dua buku beliau saya menjadi editornya.
“Buku Pak Anjar kalau saya edit
malah bukan tambah bagus, Pak. Malah makin jelek” kilah saya waktu itu, karena
tidak punya alasan lagi karena proses editing belum selesai.
“Tidak perlu banyak alasan. Sudah,
dikerjakan saja. Memang begitu karya sarjana lama. Hehe.” jawab Pak Anjar,
seakan beliau tahu kondisi saya waktu itu.
Saat ini Universitas Muhammadiyah
Purwokerto (UMP) memiliki 11 Fakultas dan Pascasarja yang terdiri dari 45 Prodi
Diploma, Sarjana, Magister, dan Profesi. Bahkan belum lama ini UMP telah tembus 50
Perguruan Tinggi Terbaik di Seluruh Indonesia dan Perguruan Terbaik ke-3 di Jawa
Tengah. Sementara untuk prestasi mahasiswa antara
lain meraih juara I dan II kejuaraan silat Tapak Suci tingkat dunia, lolos
dalam seleksi Mahasiswa Berprestasi Nasional, Juara 1 Lomba Karya Tulis
Nasional, terpilih sebagai Duta Genre, dan juara I pekan Olah Raga PTM
se-Indonesia, dan lainnya. Lokasinya pun mudah diakses dari berbagai
arah bila kita Purwokerto dan tentunya dekat sekali dengan lokasi wisata
Baturraden yang tersohor itu. Berhubung masih masa pandemi Covid-19, tentu saja
bepergian ke tempat wisata bukan sesuatu yang direkomendasikan, namun kalau
untuk mendaftarkan diri dan ingin menjadi mahasiswa baru di UMP masih dapat
dilakukan secara daring melalui : https://pmb.ump.ac.id/site/,
sehingga tidak perlu datang ke kampus dikarenakan pendaftaran bisa dilakukan
dari rumah.
Saya bergabung di UMP baru tahun 2014. Bisa dikatakan lama atau juga masih baru. Sebagai seorang pendatang dan tidak memiliki keluarga di Purwokerto. Saya semacam menemukan keluarga baru di UMP. Saya merasa tidak sekadar bekerja dan mengabdi tetapi seperti menemukan keluarga baru. Jadi, marilah bergabung bersama kami. J
0 comments:
Posting Komentar