Aku dan Nom Sahlan ; Rokok itu punya seni dan watak!


Ini ceritaku dengan Pamanku Cong!. Seperti biasanya kalau aku pulang kampung tak lupa aku main ke rumahnya dikampung sebelah. Namanya Nom Sahlan—orang Madura memanggil paman dengan sebutan Anom ; biasanya disingkat Nom. Dia kakak kandung ibuku. Perawakannya yang cukup sangar menandakan bahwa ia bukanlah orang sembarangan. Ya, Nom Sahlan suka bercarok dan membuat ribut seisi kampung. Pernah beberapa bulan lalu adikku menabrak motor anak kampung sebelah. Saking hebatnya tabrakan itu si anak kampung sebelah mau membawa kasus ini ke Pengadilan. Namun karena mengetahui adikku keponakan Nom Sahlan setika nyali si anak kampung sebelah pun menciut–dia paham urusan bisa semakin rumit. Kasus itu pun kelar tanpa musabab.

Nom Sahlan suka sekali bercanda dan bercerita pengalaman hidupnya—tepat ulah. Siapa pun yang datang menemuinya pasti ada berita terbaru mengenai ulahnya ; up date ulah!. Sedari dulu ibu selalu mewanti-wanti agar jangan pernah mengingikuti tingkah pamanku yang satu ini. Baginya ini pantangan jilid ketiga setelah jangan lupa shalat dan mengaji.

seminggu yang lalu aku mengkrangkeng seorang ustadz yang meniduri seorang janda muda. Agh.. jaman sudah gila. Ustad meniduri janda!” keluhnya. Sang ustad memang terkenal cukup sohor di kampung itu. Namun entah setan darimana yang merasuki hingga ia menggagahi seorang janda muda. Atau barangkali ke-ustadzannya hanya kedok untuk menutupi nafsu menggelegarnya. Ternyata menurut kabar angin yang beredar. Kedua sejoli itu sudah berhuhungan sekitar 2 bulan lalu. Saking geramnya Nom sahlan mendatangi rumah sang janda sekitar jam 5 pagi. Ia mendobrak daun pintu dan mendapati sang ustad gadungan terkapar lemas diatas ranjang.

Melihat kedatangan Nom Sahlan yang tak tahu aturan. Sang ustadz gadungan pun belingsatan dan berdiri disebelah ranjang. Tanpa tedeng aling-aling Nom Sahlan langsung membekuk sang ustad gadungan dengan tali yang sudah ia bawa sebelumnya. ia pun mengingatkan kedua kaki dan kedua tangan si ustad durjana pada kaki ranjang di kamar sang janda muda. Mirip duduknya sapi yang mau disembelih.

3 hari 3 malam aku menjaganya di luar kamar. Tak ada satu pun keluarganya yang berani membesuk atau mengambilnya. Ustad tak tahu adab!. Berani bertingkah carok!.” Ketusnya. Konon, sang ustadz gadungan tak di berikan kesempatan untuk keluar kamar meski hanya untuk ke kamar mandi. Akhirnya, Nom Sahlan melepaskan sang ustad gadungan akibat kedatangan pihak keamanan [Polisi] yang datang sebanyak 2 mobil patroli.

Itulah salah satu kegilaan Nom Sahlan. Tapi bukan ini yang ingin aku celotehkan. Namun, Kebiasaan Nom sahlan yang tak bisa meninggalkan kebiasaan merokok. Seakan rokok menjadi istri ketiganya–maklum ia sudah menikah 2 kali. Satu dari istrinya sudah ia ceraikan. Ia memberitahuku secuil kisah tentang rokok – tepatnya tipikal seorang perokok.
Orang yang merokok dengan mengapitkan jari telunjuk dan jari tengah secara berjejeran. Sedangkan jari yang lain menekuk kedalam telapak–sedikit melentikkan daun tangannya. Berarti ia tipikal orang yang tidak mau tahu tentang sebab musabab sebuah pekerjaan. Biasanya perokok model ini adalah seorang juragan tembakau menengah, Bupati punya istri lebih dari dua, Kyai terjoda kekuasan uang, koruptor sepi proyek dan pokoknya manusia perokok culas. Cara membuang abu rokoknya yang memukulkan rokok pada asbak – petanda perokok macam ini biasanya akan melirik orang uang mengambil rokoknya tanpa pamit. Maklumlah tipikal orang pelit. Inilah akibat suka bermain mata dengan pejabat Pemda. Julukannya Perokok Genit!

Orang yang menggunakan jempot, jari telunjuk dan jari tengah secara bersamaan. Tipikal orang yang serius dalam mengerjakan sesuatu. Biasanya ia Aktivis sampai Anggota DPR. Melihat cara membuang abu rokoknya dengan memukulkan jari telunjuk pada batang rokok petanda ia orang yang suka mendengarkan argumentasi orang lain. Namun, kesialan perokok model ini lupa sering menghisap rokok–habis di hisap angin akibat terlalu serius. Terkadang, kaum perokok model inilah yang membuat Negara ini semakin hancur. Sebab urusan rakyat dibahas di Warung Kopi bukan di Gedung DPR. Sehingga menyebabkan orang yang tak kuat imannya gampang disogok. Dan julukannya Perokok Elit.

Merokok seperti cara merokok Elit. Namun tangannya disandarkan pada lutut yang dilipat–duduk menyandar disembarang tempat. Tipikal perokok yang suka merenung, melamun dan mencari insprasi baru. Tapi terkadang gaya merokok seperti ini menimpa orang yang sedang ditolak cintanya atau dipecat dari pekerjaannya. Makanya ia suka merokok dengan melamun. “kenapa semua ini bisa terjadi?” kata-kata ini tak jarang meluncur dari mulutnya. Alamat seorang perokok yang selalu terjajah oleh sesuatu. Perlu diketahui tipikal perokok ini bisa menjadi orang yang sangat angkuh, agresif, tak mau kalah tapi tetap saja kadang selalu ada masalah dengan percintaanya. Sebutanya Perokok Setengah Matang Menjelang Senja.

Merokok dengan menempatkan bibir sebagai gagangan rokok. Sesekali tangannya memegang sekedar membuang abu rokok. Petanda perokok ini giat bekerja. Tak peduli kanan-kiri mencela atau memuji. Baginya kalau mau kaya dan sukses tak usah campuri pekerjaan orang lain–mengerahkan seluruh tenaga untuk mendapatkan hasil maksimal—itu prinsip hidupnya. Akibat terlalu lama menaruh rokok dibibir. Ia pun harus mengikhlaskan merahnya bibir menjadi hitam kecoklatan. Persis dodol garut yang sudah berusia 5 tahun—tak bentuk sama sekali. Inlah kaum perokok yang paling dibenci oleh istrinya. Sebab sang istri selalu mual dan muntah usai berciuman bibir dengannya. Perokok ini juga petanda orang setia—bukan karena ia memegang janji setia sebuah komitmen hubungan. Tapi karena tidak laku!. Inilah yang disebut Perokok Kanan-Kiri Oke; Maju Kena Mudur Kena.

Perokok yang menggunakan semuanya jarinya kecuali jari kelinking—rokok biasanya ditaruh dalam telapak tangan. Sedikit menahan rasa panas. Pentanda ia perokok pemula. Sebab takut diketahui orang lain akibat takut dihukum. Perokok ini menimpa anak sekolahan yang takut ketahuan kepala sekolah. Suami yang takut ketahuan istrinya. Anak takut ketahuan orang tuanya. Tensi perokok macam ini sangat tinggi sebab selain menahan racun masuk dalam jantung—Ia takut mendapat hukuman. Naluri yang tak mau di cap orang kurang jantan karena tidak merokok melanda orang ini—tepatnya krisis percaya diri. Sebutannya Perokok Amatir Sedikit Alay!.

Ada satu gaya merokok yang sangat tidak disukai Nom Sahlan. Bahkan ia geram jika melihat gaya merokok gaya ini—seakan ingin meluncurkan tulah nomor satunya agar orang tersebut mendadak dower. Nom Sahlan tidak suka orang merokok yang menggunakan tangan kiri. Baginya, segala sesuatu yang kiri dalam struktur tubuh selalu berada dalam posisi kerja yang negatif dan tak istimewa. Misalnya ; dilarang menggunakan tangan kiri saat makan, menggunakan kaki kiri saat masuk kamar mandi bahkan membersihkan pantat menggunakan tangan kiri saat buang jahat. Nom Sahlan ingin menempatkan rokok ditangan kanan yang istimewa—tempat terindah disisi para perokok sejati. Dan disinilah kaum perokok di hormati. Sebab merokok bukan hanya kebiasaan, Seni melainkan juga adab!
Nom Sahlan sangat angkuh merokok dengan Gaya Elit. Meledekku tanpa jeda akibat berhenti merokok. Katanya aku meninggalkan nikmat tuhan yang tiada tara. Asumsinya aku akan segera menjadi orang yang kaya dan cepat naik Haji. Tak jarang ia menghujad pemerintah yang tak becus mengurus rakyaktnya. ia pun menyalakan rokoknya yang kempat. Membakarnya dengan keji tanpa ampun—namun, dengan reflek tak disengaja ia pun menyangkat kaki kanannya ke atas kursi. Meletakkan tangan yang memegang rokok diatas lututnya. Aku menahan tawa!

kapan Nom Sahlan merokok pertama kali?”tanyaku menyela diantara kesyikannya menghisap tuhan yang satunya ini. Sedari dulu paman tidak pernah mau menceritakan kapan ia mulai merokok—pertanyaan sara yang tak perlu aku lontarkan sebab ia tak akan mau menjawab. Terlintas dalam kepalaku barang kali ia mulai merokok dengan sembunyi-sembunyi—menghindari watak kejam nenek, orang nomor dua setelah Hitler.

Konon, Nom Sahlan adalah salah seorang yang sangat patuh terhadap ibunya. Segala apa yang keluar dari ibunya merupakan titah Tuhan yang harus dijalankan tanpa harus dipertanyakan salah-benarnya. Semuanya itu berawal dari guru ngajinya yang mengatakan “murka Ibu adalah murkanya Tuhan. Dan kasih sayang ibu adalah kasih sayang Tuhan. Jadi jangan pernah membantah membantah seorang ibu”. Maka mulai sejak saat itu Nom Sahlan sangat patuh pada ibunya. Bahkan saat selesai shalat ia selalu membasuh kaki ibunya dengan air dan meminumnya. Katanya itu merupakan air dari surga. Surga ada dibawah telapak kaki ibu. Ibu yang kejam—nenekku sendiri.

Nom Sahlan menceritakan ragam kenangannya dengan nenek. Maklum saja aku tak pernah melihat paras wajahnya. Beliau meninggal sebelum aku mengenal banyak tentang abata kehidupan. Meski paman sangat patuh terhadap nenek tapi ia pemberontah nomor wahid pada kakek tanpa alasan yang aku ketahui sampai saat ini. Barangkali sikap paranoid dan sikap bentuk.

Kembali lagi pada rokok. Ada waktu yang menjadi kebiasan seorang perokok sekaligus mencerminkan mental dan wataknya. Waktu untuk mencumbu dan mengakrabi tuhan Sembilan senti. Waktu inilah menjadi ritual yang tak terbantahkan.
Orang yang merokok antara jam 00-03.00 merupakan tipikal orang yang kesepian. Kalong adalah representasi untuk menganalogikannya. Kesenangan menjadi alat untuk memberikan sejuta hiburan untuk meringankan masalah yang menghimpit hidupnya. Makanya, bagi tipikal perokok seperti selalu menempatkan hal yang bersifat inspiratif dalam diri untuk merubah keadaan secara lebih instan. Pasangan hidup bukan segalanya baginya—karena ia hanya ingin memuaskan diri sendiri sebelumnya yang lainya.

Orang yang merokok jam 03.00-06.00 : Tipikal orang yang shaleh dalam beribadah. Inilah waktu merokok para umat Nabi Muhammad. Waktu merokok para Kyai dan para ulama. Menyelingi waktu mustajab dengan kesetiaan terhadap kebiasaan. Makanya sebagian besar orang tua melarang anak lajangnya tidur pagi hari hari. Selain menghindarkan rejeki—ini waktu yang baik untuk peregangan bibir (merokok). Kebiasan lainnya hanya memandang rokok sebagai sebuah barang yang tak bisa dilepaskan dari hidupnya. Barangkali dalam hidup posisi rokok sejajar dengan sang istri—bagaimana tidak dibilang sejajar dengan istri sebab ia sudah merokok sebelum mencicipi masakan sang istri dipagi hari. Watak perokok ini serius menghadapi hidup—tapi cepat mati—merokok sebelum olahraga dan makan.

Orang yang merokok jam 06.00-09.00 : Aih, inilah jam merokok para kaum pembual. Rokok hanya dijadikan selingan buang hajad ke kamar mandi, berangkat kantor, berangkat sekolah, pelepas rasa hambar setelah sarapan. Selain kaum pembual—dalam golongan ini ada kaum pengangguran yang kepalanya nyut-nyutan mencari pekerjaan atau frustasi akibat PHK tanpa pesangon. Kaum yang diburu oleh keadaan dan kadang menyumpal diri diantara runtuhnya keadaan krisis kepercayaan.

Perokok jam 09.00-12.00 : Alamak!. inilah waktu merokok para pejabat. Orang yang selalu memakan gaji buta. Sebab di kantor kerjaannya hanya membaca Koran, main games di komputer kantor atau kadang keluyuran di mall atau pasar. Merokok hanya cara menghabiskan waktu—kaum yang menghabiskan uang rakyat. Makanya mulai tahun ini Mendagri akan mengadakan moratorium terhadap penerimaan PNS. Kalau kalian tidak percaya silahkan pura-pura masuk ke kantor pemerintahan. Dan lihatlah apa yang akan terjadi..(Super sekali!).

Perokok jam 12.00-15.00 : Inilah rokoknya kaum pekerja keras. Menikmati sebatang rokok bukan hanya sebagai pelengkap atau penghabis waktu. Melainkan dapat merasakan tentang pentingnya sebatang rokok dan wajibnya bekerja keras—meski pada akhirnya uangnya ludes hanya untuk membeli rokok. Kasihan golongan ini sebab menjadi korban dari ganasnya iklan paprik rokok. Kaum ini meliputi kaum petani yang sawahnya kekeringan atau padinya banyak dimakan wereng. Makanya mereka sering melamun siang-siang.

Perokok jam 15.00-20.00 : Perokok kaum sibuk—bagi mereka time is money. Bedanya dengan perokok diatas (perokok jam 12.00-15.00) terletak orientasi hidup dan kastanya. Perokok ini berada di kaum terpelajar dan orang yang sepanjang hidupnya dijajah oleh pekerjaan. Golongan ini berada diperkotaan. Mereka stress akibat macet yang mirip ular dan labirin dipermainkan ular tangga. Makanya perokok model ini rada culas!

Perokok jam 20.00-24.00 : Perokok orang tengil. Bagaimana tidak dikatakan tengil ia tak tahu diri merokok disebelah anaknya yang masih bayi—padahal ia sadar bahwa hal itu sangat berbahaya bagi pertumbuhan dan kesehatan sang anak. Biasanya mendapatkan istri yang galak tingkat 12. Terkadang kaum ini tak mendapatkan servis dari sang istri sebab memilih merokok di teras rumah ketimbang bertarung dengan sang istri yang sudah belingsatan sedari sore—siang bekerja, malam disiksa dengan tidur di ruang tamu. Kemudian istilah ini dikenal “suami yang dijajah istri”. Selain itu, perokok dalam kaum ini ; anak muda yang mencari inspirasi untuk menyatakan perasaan pada tambatan hati, pejabat culas bertransaksi dengan mafia, para tante girang cari mangsa, persiapan banci nongrong, PSK yang berpose manis macam manikin di lokalisasi.

Perokok jam 24.00-00.00 : Tipikal orang yang selalu berpikir pendek dan sesaat—tepatnya orang yang labil dengan keadaan. Selain itu, inilah para kaum progresif membuat taktik dan merumuskan arah perjuangan. Diskusinya sengit cong!. Kedua golongan ini mempunyai persamaan yang identik ; tak menyesali keputusan yang dibuat—segala hal ada sukses dan resiko.

Orang yang merokok diluar jam ini biasanya merekalah orang yang tak tahu diri, egois dan ingin menang sendiri. Sebab mereka tak tahu tempat dan keadaan—perusuh sistem dan aturan.
Bukan Nom Sahlan kalau tak bisa menjelaskan sesuatu secara detail. Inilah kemampuan yang tak pernah dimiliku olehku. Ia selalu memperkirakan kemungkinan yang akan terjadi kedepan. hal ini tergambar dengan kerangka hidupnya yang penuh dengan perhitungan—bahkan untuk memberikan uang jajan sama anaknya ia pun harus berhitung berkali-kali—pelit!

Bagi Nom Sahlan, merokok bukan sekedar kebiasaan tapi seni dan cara memenangkan pertarungan—dalam medan pertarungan hampir tak ada belas kasihan. Yang ada hanya nafsu membunuh yang bergelora. Nafsu kaum Barbar Nikotin yang membabat tiap benteng pertahanan jantungnya. Herannya, sampai saat ini paman tak pernah mengeluh sakit jantung atau bahkan impotensi. Hasilnya seni merokoknya ajaib—kedua anaknya kembar Cong!

Nom Sahlan paham betul kalau aku sudah benar-benar merokok. Karenanya ia hanya ingin melanjutkan cerita mengenai rokok ini dipertemuanku yang berikutnya—aku belum ziarah kubur di makam nenek yang tak jauh dari rumahnya. Orang nomor satu yang masih mengontrol kebiadaban paman. Mati, bagi Nom Sahlan sudah menjadi urusan besar dalam perjalanan hidupnya. Sebab apa yang ingin ia capai dan ia rasakan sudah terlaksanakan segalanya–kecuali menunaikan haji ke Baitullah.


2 comments:

Anonim mengatakan...

saya tipikal yang mana cak???

Anonim mengatakan...

Monggo dipilih sendiri :))