Sesampainya di kampus saya melihat gawai saya ternyata ada 5 kali telpon yang tidak sempat saya angkat. Nomor tersebut adalah nomor yang tidak tersimpan di gawai saya. Panggilan tersebut tidak terangkat karena saya sedang perjalanan dari acara Lazismu Banyumas ke kampus karena ada koordinasi. Saking penasarannya saya pun menelpon balik dengan asumsi telpon tersebut sangatlah penting. Setelah telpon saya diangkat dan menjawab salam saya, seorang perempuan yang tidak saya kenal tersebut langsung menyampaikan maksud telpon berkali-kalinya.
“Bapak diminta untuk menghadap Pak Prabowo. Ada tugas yang harus bapak kerjakan. Setengah jam ke depan Pak Prabowo akan menghubungi langsung. Mohon bapak mempersiapkan diri” pinta perempuan tersebut secara tegas tanpa basa basi.
Saya yang mendengar telpon tersebut begitu kaget bukan kepalang. Nafas saya ngos-ngosan semacam tidak percaya terhadap isi telpon barusan. Lagian Pak Prabowo dengan timnya yang keren dan banyak itu dari mana mengetahui nama saya yang tidak tersohor. Terlebih dalam pemilu kemarin saya tidak memilih beliau seperti pada pemilu sebelumnya.
Tak mau berlarut dengan kekagetan tersebut. Saya mempersiapkan diri untuk menerima telpon Pak Prabowo. Gawai saya pun diisi ulang baterai untuk memastikan nantinya tidak kehabisan daya. Dan saya pun mencoba mengatur nafas dan memikirkan jawaban yang kira-kira nanti bisa meyakinkan ketika ditanya mengenai berbagai hal yang dibutuhkan, sehingga tidak terlalu mengecewakan.
Benar saja. Setengah jam kemudian, ada nomor baru yang menelpon saya. Dengan sigap saya mengangkat telpon tersebut dengan mengucapkan salam. Pak Prabowo dengan nada bicaranya tegas dan khas itu menjawab salam saya. Dengan tangan yang agak tergetar saya menyapa dan menanyakan kabar kesehatan beliau dan beliaupun menyampaikan, Alhamdulillah: sehat.
“Langsung saja Pak. Negara membutuhkan panjenengan untuk mengisi salah satu jabatan di kabinet yang akan saya pimpin. Ada salah satu Kementerian yang membutuhkan pemikiran dan tenaga anda sebagai anak muda. Saya sudah membaca rekomendasi, pengalaman, dan membaca buku Negeri Tanpa Nurani yang panjenengan tulis. Mohon besok malam menghadap ke kediaman saya di Kertanegara” ujar Pak Prabowo tanpa memberi celah untuk saya menganggah dan memberikan alasannya.
Mendengar perintah tersebut. Tak ada kata yang bisa saya jawab selain kata: SIAP. Setelah itu, Pak Prabowo menutup telpon dan membiarkan begitu saja penasaran, kekagetan, gemetaran saya tersebut begitu saja. Saya tidak tahu siapa orang usil memberikan rekomendasi bahwa saya bisa bekerja di pemerintahan baru, padahal saya hanya seorang dosen biasa, penulis amatir, dan tidak pernah terlibat dalam kegiatan politik.
Berhubung waktu yang terus melaju. Biasanya dalam kondisi demikian, saya menghubungi 3 orang yang paling terkait langsung keseharian saya yaitu, istri, orang tua, dan atasan saya. Istri mempersilahkan sepanjang masih membagi kehidupan pekerjaan dengan rumah tangga, orang tua selalu mendukung sepanjang itu baik dan bermanfaat, dan Pak Dekan sebagai atasan saya agak keberatan.
“Gimana ya, Bang. Sekalipun sudah pernah menjadi sekretaris lembaga dan wakil dekan. Apa , iya menjadi wakil di lembaga pemerintahan yang penuh pekerjaan dan tanggung jawab bisa tetap membagi dengan pekerjaan di sini dan kuliahnya. Monggo, dipikirkan dulu” ujar Pak Dekan.
Biasanya, kalau Pak Dekan menyampaikan kata “Gimana ya atau apa iya” itu pertanda cenderung kurang setuju. Atau dipikirkan dalam-dalam sebelum memutuskan sesuatu. Sebagai orang menemani beliau selama dua periode, maka ucapan atau isyarat berjalannya waktu saya mencoba mencerna dan memahami. Sebagai hal lumrah antara atasan dengan bawahan.
Saya pun memikirkan ulang tawaran dari Pak Prabowo tersebut. Saya yakin banyak anak bangsa yang lebih mumpuni untuk menjadi pemimpin di pemerintahan. Saya memilih menjadi dosen saja untuk membantu membantu pemerintah dari luar pemerintahan, apalagi di kampus saya mengajar, di Universitas Muhammadiyah Purwokerto telah dibuka pendaftaran mahasiswa baru untuk tahun akademik 2025-2026. Belum lagi pada tahun 2025 prodi saya bernaung Prodi Hukum Ekonomi Syariah, dan Pendidikan Agama Islam S-1 akan maju akreditasi dan Magister Pendidikan Agama Islam juga sedang persiapan untuk akreditasi.
Terima kasih sudah sabar membaca tulisan halu saya di atas—yang saya tulis sambil nonton balbalan semalam. Sekaligus ini sekadar informasi penerimaan mahasiswa baru, silahkan informasinya bisa di link ini : https://daftar.ump.ac.id/
Jadi, saya tidak perlu membalas telpon Pak Prabowo 😁
0 comments:
Posting Komentar