Selama ini saya terbilang cuek saja dengan masalah uban yang hampir menenuhi kepala saya. Namun, setelah Luna beberapa kali bertanya mengapa rambut saya sudah hampir putih semua. Seketika itu pula saya menjawabnya dengan senyuman, kemudian mencium dan memeluk Luna karena pertanyaan Luna tersebut di jawab istri saya.
“Ayah kerja keras untuk kita, Kak” jawaban andalan istri saya. Tentu saja, itu membuat saya berbinar-binar.
Berjalannya waktu, Luna yang terus penasaran. Selalu bertanya mengapa kepala saya penuh uban? Saya pun menyampaikan apa adanya kalau rambut saya telah ubahan semenjak masih sekolah. Saya tergorong mengalami uban genetik, sekalipun tidak semua keluarga mengalaminya. Jadinya, mau tidak mau, seiring bertambahnya usia, maka semakin bertambah area rambut putih di kepala.
Beberapa waktu lalu, saya pernah mewarnai rambut saya dengan warna hitam. Ya, sekalipun ada sebagian teman melarangnya dengan alasan haram karena dilarang oleh Nabi. Tetapi, masa’ sih, saya harus mewarnai rambut dengan warna pirang, merah, apalagi pink. Ha!.
Lama-lama saya pun merasa bosan untuk mewarnai. Terlebih saya terbilang orang yang amat sangat malas melakukan perawatan apapun, apalagi itu cuma masalah uban. Saya pun kembali memilih membiarkan saja rambut saya beruban, seperti halnya Capres pilihan saya yang tidak menang itu: Pak Ganjar Pranowo.
Kami sudah sama-sama meninggalkan dunia hitam. Rambut!
0 comments:
Posting Komentar