Tak Terasa Telah Sembilan Tahun

20 Maret 2014


Saya mendapatkan surat tugas sebagai dosen di Prodi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah Purwokerto setelah mengikuti rangkaian tes seleksi. Awalnya saya mendapatkan informasi lowongan dosen tersebut dari senior saya di IMM yaitu Sobar M Johari—dimana beberapa waktu sebelumnya, saya minta dikabari bila ada lowongan dosen di sekitaran Cilacap. Hal ini dikarenakan istri anak saya adalah anak terakhir (ragil: Bahasa Jawa), dimana dalam kebiasaan orang Jawa anak terakhir harus tinggal bersama keluarganya. Guna melacarkan rencana pernikahan dan pilihan diri menjadi pendidik yang baru ketemu setelah sarjana. Saya harus membuat berbagai rencana agar semua bisa berjalan secara baik.


Usai saya melaksanakan wisuda di UII. Seingat saya wisuda hari Sabtu, ternyata pada hari Senin-nya ada lowongan dosen UMP di koran Kedaulatan Rakyat. Mas Sobar pun langsung mengabari saya, ia meminta agar segera mendaftar. Apalagi, kampusnya tidak terlalu jauh dari Cilacap.


“Segera kembali ke Jogja. Gimana kamu ini!” perintah Mas Sobar setelah saya agak enggan buru-buru kembali ke Jogja, sebab baru kemarin sore saya sampai di Madura.


Atas saran—yang lebih tepat perintah dari Mas Sobar. Saya kembali ke Jogja dan mengurus lamaran dan dokumen yang dibutuhkan. Sebagai orang yang tidak pernah bercita-cita ingin menjadi dosen sejak dari bayi dan tidak ada sama sekali dari keluarga yang menjadi dosen. Tentu saja, membuat lamaran kerja akademik bukan persoalan yang mudah. Apalagi, saya belum pernah memiliki rekam jejak publikasi ilmiah sama sekali. Kalau pun ada, paling banter sebagai ngoceh-ngoceh di Blog atau menulis buku fiksi.


Sebagai orang yang tidak memiliki keluarga sama sekali di Purwokerto. Ketika pertama kali harus berangkat ke Purwokerto untuk serangkaian tes seleksi. Saya tidur di teras Masjid Terminal Bulu Pitu dikarenakan bus Efesiensi jurusan Jogja-Purwokerto sampai lebih awal, sehingga saya pun tidur tanpa mempedulikan gigitan nyamuk mirip lalat itu. Setelah tes awal, barulah tahu kalau kampus telah menyediakan mess bagi pendaftar dari luar kota.


Dua kali rangkaian tes saya ikuti dengan bolak balik Jogja-Purwokerto. Hingga pada saat wawancara sebenarnya saya agak sangsi akan diterima, sebab tanggal dua orang yang tersisa seleksi sementara yang dibutuhkan hanya satu orang. Tetapi, sebelum bus Efesiensi sampai Gamping, pihak BSDM UMP meminta agar saya mengirimkan (faks) ijazah S1: apakah linier atau tidak. Saya pun gercep untuk mengirimkan ijazah sarjana saya di salah satu wartel di daerah Sonosewu. Dan beberapa pekan kemudian, pengumuman dosen pun keluar, hasilnya saya diterima. Tepat dua bulan sebelum saya menikah. 


Tantangan menjadi dosen muda dan lingkungan baru harus mulai beradaptasi dalam berbagai aspek, apalagi Prodi saya bernaung mahasiswanya tidak terlalu banyak. Angkatan pertama hanya dua orang (sekarang, satunya bekerja di Lazismu dan satunya lagi menjadi editor handal), akreditasi pertamanya banjir dan hasilnya B, dan lainnya. Seluruh tantangan itu, saya ikuti dengan nyantri kepada para senior dan rekan-rekan dalam segala hal, baik akademik dan non akademik. 


Hari ini, 20 Maret 2023, ternyata tidak terasa saya telah sembilan tahun belajar, berproses, bekerja, dan memasuki satu dekade. Salah satu yang sukai dari Prodi saya bernaung yaitu telah terakreditasi "Unggul" dimana saya ikut kisruh di dalam prosesnya. He!. Secara pribadi, Alhamdulillah pernikahan saya lancar dengan dikaruniai Allah Swt dua orang anak riang, sehat, gembira. 


Ohya, kalau mau kuliah silahkan mendaftar di sini ya : https://pmb.ump.ac.id/ 😊



 


0 komentar: