Pagi tadi selesai salat subuh saya membuka pesan singkat yang menerangkan mengenai meninggalnya Pak Ashad (Ashad Kusuma Djaya). Kabar yang saya peroleh dari beberapa kader, beliau mengalami kecelakaan tadi malam selepas menghadiri rangkaian Milad IMM Ke-59 yang disenggarakan oleh PC IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta di kampus Unisa. Beliau menghadiri acara tersebut dikarenakan kapasitas beliau sendiri sebagai pembina IMM yang sekaligus sebagai Wakil Ketua PDM Kota Yogyakarta.
Beberapa tahun silam, bagi mereka yang pernah menjadi aktivis
mahasiswa di Jogja rentang tahun 2000-an. Sudah pasti mengetahui salah satu penerbitan
buku popular kala itu yakni Kreasi Wacana yang dirikan oleh Pak Ashad yang banyak
menerbitkan buku referensi bagi para aktivis dalam berbagai genre. Ternyata, Pak
Ashad tidak hanya piawai dalam mengelola penerbitan buku, tetapi ia juga tekun
dalam menulis—dimana salah satu buku kecil yang saya baca kala itu adalah
Rekayasa Sosial Lewat Malam Pertama. Konon, buku ini diluncurkan pada saat
beliau sedang melaksanakan walimatul ‘urs.
“Sekarang, penerbitan buku masih babak belur dengan maraknya
pembajakan, Mas” keluh Pak Ashad kepada saya senin kemarin saat bertanya
mengenai keberadan Kreasi Wacana. Saya bertemu dengan Pak Ashad dikarenakan mengisi
acara Refleksi Milad IMM bersama Mas Sobar M. Johari dan Mas Safril Ulum yang
diselenggarakan di UMY. Pak Ashad hadir mengenakan batik dan jaket IMM, sekalipun
saya sendiri tahu bila beliau dahulu merupakan kader HMI, yang tentu saja
sampai saat ini sangat disegani oleh para juniornya.
Menurut Pak Ashad budaya membaca harus diimbangi dengan keberanian
diri dalam mempublikasikan gagasan melalui tulisan termasuk dalam menerbitkan
buku. Maka, keberadaan penerbitan buku menjadi elemen penting dalam menyediakan
bahan bacaan berkualitas dan bermutu agar para pembaca mendapatkan berbagai
pengetahuan secara sahih, sekalipun dalam kenyataannya para penerbit remuk
dengan adanya buku bajakan yang harganya dibawah ongkos produksi. Namun, beliau
sangat bergembira bahwa kader PC IMM AR. Fakhruddin Kota Yogyakarta dimana
beliau membina telah memiliki tradisi intelektual sejak lama, ia menyebut Bara
Pattiradja, Akmal Ahsan, dan lainnya.
“Tugas akhir saya ingin mengkaji tentang IMM. Saya sudah
mengumpulkan beberapa buku, termasuk buku jenengan yang genealogi kaum merah”
pungkas Pak Ashad dalam pembicaraan singkat kami sebelum acara dimulai. Namun, di
sesi akhir penyampaikan materi, kami semua pembicara bersepakat memberikan kesempatan
kepada Pak Ashad memberikan wejangan kepada kami semua.
“Agar pemikiran saya tetap selalu muda. Saya senang
berkumpul dan berdiskusi dengan mahasiswa” salah satu pesan Pak Ashad yang saya
ingat.
Sugeng tindak, Pak Ashad..
0 comments:
Posting Komentar