Eh, 35 Tahun

Hidup seperti menapaki perjalanan ke tempat atau tujuan tertentu. Kita membutuhkan tenaga, biaya, usaha dan tentunya doa agar perjalanan berjalan dengan lancar penuh keselamatan. Terkadang, tidak sedikit rintangan dan tantangan yang harus dihadapi dengan beragam skalanya. Itu sebabnya dalam tiap perjalanan tiap dari kita selalu menemukan ceritanya sendiri. 


Mereka yang hanya tidur sepanjang perjalanan, hanya menemukan kelempengan dalam hidupnya. Tidak pernah menyaksikan bahwa sepanjang perjalanan ia menemukan banyak hal untuk disaksikan dan dialami untuk bisa diambil pelajaran. Cerita perjalanan mereka yang tertidur bahwa dalam mimpi tidurnya ia menemukan sawah dan pemandangan indah menawan mata. Yang pada hakikatnya bisa disaksikan secara lebih mata, jika seandainya tidak tertidur. Barangkali, “tidur” sepanjangan perjalanan bisa kita pahami sebagai—pilihan berbeda dalam hidup.


Diusia saya yang kini sudah genap 35 tahun. Rasanya, apa yang saya rasakan selama ini bisa dianggap sedang menjalani keduanya—bangun dan tidur. Saya perlu merasa bangun untuk mengerjakan hal-hal sangat mendesak untuk kehidupan saya dan orang-orang disekitar. Sejak lima tahun lalu saya belajar merencanakan berbagai pilihan yang akan saya ambil berikut target hasil yang ingin saya capai. Bisa dibilang saya sedang membentuk roadmap atau fishbone untuk kehidupan saya. Entah, akan tercapai atau tidak, setidaknya saya sudah mencoba untuk berpikir, berusaha, merefleksi (doa) atas apa yang saya rancang tersebut.  Namun, apa yang saya rasakan saat ini, apa yang saya rancang hemat penilaian saya—rata-rata banyak tercapainya. Itu sebabnya saya memilih untuk tidak tidur agar fishbone yang telah saya rancang bisa berjalan secara maksimal. Mario Teguh menyebut memilki roadmap atau fishbone hidup dalam pandangan saya—sebagai doa yang dirancang khusus untuk Tuhan. Bukan untuk mengelabuhi takdir, melainkan memaksimalkan usaha dan doa.


Saya juga merasa perlu untuk tidur. Belajar untuk melupakan kesalahan dan masa lalu yang bisa jadi akan menjadi sandungan diri dan orang lain. Biarlah malam menjadi wasit pada jam berapa saya harus tidur dan terbangun. Sebab, memilih untuk tidak melakukan apa-apa dengan mengistirahatkan onderdil tubuh adalah bagian fitrah yang harus dijalani. Karena, yang membedakannya apakah kita akan mencari kualitas ataukah kuantitas dalam tidur-tidur lelap kita. Dan sekali, hidup adalah bagian dari beragam serangkaian pilihan yang harus dijalani.


Maka, usia 35 bagi saya—tetap seperti tahun-tahun sebelumnya.  Yang membedakannya hanya usia saya yang bertambah. Dan yang istimewa, kali ini saya bersiap menyambut anak kedua yang kini telah memasuki 9 bulan. Adiknya Luna. Bersama merekalah saya merayakan pertambahan usia ini dengan perayaan doa dan harapan yang sebesar-besarnya. Sembari memadukan fishbone impian yang kami miliki—agar keluarga mungil kami selalu bahagia dan membahagiakan. Barangkali, mereka bertigalah hadiah termanis dipertambahan usia saya yang ke 35 tahun ini. Keberkahan dan keselamatan untuk kita semuanya.


Penutup. Selamat ulang tahun untuk diri saya sendiri :))





0 komentar: