Kedua, pada satu kejadian saya menyetorkan naskah kepada
salah satu penerbit mayor dan memberi saya bukti penerimaan naskah. Tiga
bulan kemudian, sebagai batas waktu untuk saya mengkonfirmasi apakah naskah terbit atau
tidak. Jawaban dari pihak penerbit bahwa naskah saya hilang. Dan celakanya di
waktu yang sama laptop saya matot (mati total). Waktu itu, dunia saya sebagai
penulis pemula seketika kiamat. Seluruh file tulisan-tulisan saya tidak bisa
saya back up. Semua punah. Yang tersisa hanya racauan di blog pribadi saya.
Belajar pada dua kejadian di atas. Saya pun mendirikan
penerbit Indie untuk menampung karya para penulis pemula. Ya, saya semacam ingin
membalas dendam atas kejadian-kejadian yang saya alami. Bahwa semua orang
berhak untuk berkarya dengan menerbitkan gagasan dan ide kreatifnya. Namun,
berjalannya waktu, ternyata Litera tidak cukup bermain dalam penerbit indie, ia
butuh ruang aktulisasi baru. Maka, sebelum saya hijrah dari Jogja saya pun menyempatkan
diri mengurus ligalitas Litera, mulai dari badan hukumnya yang berbentuk CV, skema
penerbitan, dan kerjasama dengan distributor agar terbitan Litera juga bisa ‘nongkrong’
di toko buku nasional dan daring.
Kini. Tanpa disadari Litera telah berusia 6 tahun. Dan telah
menerbitkan buku dari berbagai genre dan latar belakang penulis. Mulai dosen, profesor, guru,
aktivis, pejabat negara, dan tentu para penulis pemula. Harapan saya sebagai ‘kepala
adat’ berharap ke depan Litera terus membantu para penulis dengan latar
belakang apa pun, termasuk menyempurnakan diri dengan berbagai media berbasis
digital. Terima kasih pada mitra penulis dan tim Litera yang lebih sering
berinteraksi secara ‘ghoib’ alias online. Sebagai kepala adat—tidak ada hal yang
saya lakukan selain berwasiat. He!
Litera adalah penerbit buku multiplatform yang dapat dihubungi di
085226330202 atau media sosial @litera.co
0 comments:
Posting Komentar