Kader

Sejak lahir sampai dengan usia sekolah menengah atas. Saya dibesarkan dalam tradisi Nahdiyin. Kedua orang tua saya NU dan seluruh keluarga besar saya. Namun, sekitar tahun 2002 saat saya harus memasuki sekolah menengah atas. Bapak saya memaksa saya untuk sekolah di Jogja. Saya dipaksa mendaftar dan sekolah di Madrasah Muallimin.

Selama proses pendaftaran dan test masuk, Bapak setia mendampingi saya. Ia rela menunggu duduk di sekitaran Perpus dalam kompleks Madrasah Muallimin. Sembari saya lihat ia melipir untuk merokok dekat lapangan. Namun, ternyata takdir berkehendak lain. Saya dinyatakan "tidak diterima". Saya juga tidak tahu alasannya mengapa. Tapi, yang saya ingat waktu sesi wawancara saya ditanya tiga pertanyaan yang saya ingat sampai saat ini: teman saya nakal, apakah saya merokok, dan apakah saya dipaksa masuk Muallimin? Kesemuanya saya jawab dengan polos. Iya. .

Saya tidak tahu mengapa Bapak begitu keras kepala memasukkan saya ke sekolah Muhammadiyah. Tidak diterima di Madrasah Muallimin. Ia pun terus berburu informasi dan jadilah saya di sekolahkan di sekolah Muhammadiyah di Klaten. Saya pun manut saja apa kemauan Bapak. Baginya, memulangkan kembali saya ke Madura adalah hal-hal yang sia-sia. Sebab bisa-bisa saya jadi TKI atau jualan sate/bakso.

Kini, setelah hampir 20 tahun berlalu. Saya baru paham maksud sikap keras Bapak. Waktu itu Bapak semacam membuka kotak pandora masa depan saya. Dimana saat itu saya menganggapnya sebagai paksaan orang tua terhadap anaknya. Maka, bila ditanya mengapa saya begitu suka dengan Muhammadiyah, aktif di ortom Muhammadiyah, dapat istri alumni Muallimat, mertua aktivis Muhammadiyah, hingga saya bekerja di amal usaha Muhammadiyah. Itu semua karena takdir dan mata bathin Bapak. Ya, Bapak saya.

Itu sebabnya. Saya pun juga berharap dan berkomitmen untuk menyekolahkan anak di sekolah Muhammadiyah. Ya, saya butuh kader. Dan foto ini salah satu komitmen saya dan istri mengenalkan Luna untuk calon sekolahnya. Dimana Bundanya sekolah dan Ayahnya tidak diterima sekolah (Muallimin). Pada darah Luna mengalir Yin dan Yang. Sukses dan Gagal. Tinggal bagaimana ia menyikapinya.
.



0 comments: