Rubianto

Saya mengenal Mas Rubi Anto karena kami sama-sama satu almamater di UMY. Sekalipun kami beda angkatan, saya angkatan 2005 dan Mas Rubi angkatan 2007. Pertemuan kami pun semakin intens semenjak ia mengikuti DAD IMM dan kebetulan saya yang menjadi MoT. Ia terbilang mahasiswa aktif, baik di forum maupun di luar forum mahasiswa. Barangkali, karena sudah menjadi kesehariaannya berinteraksi dengan banyak orang, karena Mas Rubi sendiri adalah Takmir Masjid di dekat kampus.

Nalar politik Mas Rubi memang sudah terlihat sejak awal ia berkader di IMM. Bahkan pada saat orientasi DAD, ia sudah mengatakan ingin menjadi Bupati di daerahnya. Itu sebabnya, saya yang saat itu juga menjabat Kabid Kader Komisariat tidak pernah melibatkan Mas Rubi di kepengurusan inti di komisariat. Saya merekomendasikan agar ia lebih banyak aktif lembaga. Ia pun aktif di BEM Fakultas (kebetulan saya ketua BEM-nya), Senat Mahasiswa, hingga akhirnya ia pun menjabat Presma UMY.

Secara personal Mas Rubi terbilang sosok kuat memegang prinsip, tegas pendirian, dan kokoh memegang komitmen. Itu sebabnya, bagi mereka yang kurang mengenal dekat dirinya, tidak jarang membuat geleng-geleng banyak orang. Pernah suatu kesempatan Mas Rubi mengkritik salah satu kebijakan kampus dengan memanfaatkan waktu kultum selesai shalat dzuhur di masjid kampus. Gara-gara kultumnya tidak hanya pihak kampus yang panas kuping, tetapi kami juga yang dekat denganya. Namun, pada akhirnya apa yang dikritiknya terselesaikan dengan baik oleh pihak kampus.

Bagi mereka yang mengenal Mas Rubi atau yang pernah terlibat di Partai Islam Progresif UMY. Barangkali, momen yang sulit dilupakan adalah ketika mengkampanyekan Mas Rubi sebagai Presma. Ia harus bertarung dengan 4 calon Presma (3 calon diusung partai dan 1 calon jalur independen). Maka, beragam cara dilakukan untuk memenangkan Mas Rubi, mulai dari bagaimana cara berbicara saat debat,  berpakaian, sampai meniru iklan kampanye Barack Obama. Khusus, soal ide meniru kampanye Barack Obama itu ulahnya si Dede Shoe  yang membuat poster wajah Mas Rubi mirip wajah Obama. Ya, sekalipun tidak persis sama.

Setelah Mas Rubi lulus kuliah. Ia pun memutuskan untuk pulang ke daerahnya di Lampung. Ia lebih memilih pulang membangun kampungnya ketimbang menerima tawaran pekerjaan di Jogja. Di sana ia menginisiasi berdirinya Sekolah Dasar 'Aisyiyah bersama istrinya. Dan bisa dibilang semua hal berkaitan dengan sekolah ia kerjakan bersama istrinya. Termasuk ia pun turut terlibat dalam pemberdayaan masyarakat di daerahnya dengan pengembangan objek wisata. Artinya, jiwa aktivis yang ada dalam dirinya tidak serta merta ikut wisuda--sebagaimana lazimnya aktivis kampus yang karbitan.

Keputusan dirinya untuk mencalonkan diri sebagai anggota Dewan. Bisa jadi keputusan yang tepat. Apalagi, dengan partai politik yang semenjak dulu ia idolakan. Seperti yang sudah saya sampaikan diawal, Mas Rubi bukan orang yang dengan mudah berbalik arah dengan komitmen yang dimilikinya. Saya yakin Mas Rubi amat sangat bisa dipercaya memegang amanah. Sebagaimana telah ia tunjukkan dengan membangun institusi pendidikan, wisata, hingga mendukung penuh saudaranya hingga selesai menempuh gelar magister.

Sekali lagi. Saya sangat percaya bahwa Mas Rubi bisa diberi kepercayaan dan kesempatan untuk menerima amanah sebagai anggota dewan, khususnya di Kabupaten Way Kanan Lampung. Sosoknya telah teruji sebagai aktivis atau sebagai pribadi yang kuat melaksanakan Puasa Daud. Gaung wong cilik tidak hanya selesai hanya dalam dataran libstik belaka. Mas Rubi adalah contoh nyata apa dan siapa itu wong cilik.

Selamat berjuang Mas Rubi. Abadi perjuangan ✊


0 comments: