Rasanya. Semakin besar Luna semakin menunjukkan hal yang membuat saya geleng-geleng. Ia selalu menunjukkan hak baru bagi saya. Entah, itu sekadar diajak main masak-masakan, bergambar, menyusun toples makanan, menunjukkan bintang bintang yang dilihatnya, hingga melambaikan tangan untuk tidur bareng si Mbah (mertua saya).
Ya!. Sekarang Luna terbilang jarang sekali tidur dengan saya dan istri saya. Ia lebih suka tidur dengan Mbah. Bahkan suatu ketika ia sudah tidur lelap dengan saya dan istri. Ia bangun tengah malam minta diantar ke kamar Mbah.
.
Tidak hanya itu. Luna kadang lebih suka berangkat dengan Mbah-nya ke mushola setiap waktu shalat. Sekalipun, di mushola ia hanya main sambil melihat orang shalat. Ia juga minta cicis (uang) untuk dimasukkan ke kotak infak. Disitu, saya sangat bersyukur dengan segala polah Luna.
.
Luna dan Mbah semacam satu paket. Semenjak bapak mertua saya meninggal dan ipar saya membuat rumah sendiri. Praktis ibu mertua saya tidak punya banyak teman bercengkrama. Sementara istri saya baru pulang kerja jelang maghrib. Dan saya pulang tiap akhir pekan. Intinya, Luna dan Mbah-nya semacam dua orang--yang sama-sama memiliki suasana dan perasaan yang sama. Maafkan kami..
.
Lebih dari itu. Salah satu jurus pamungkas Luna yang belum saya mengerti adalah ajeaju..
0 comments:
Posting Komentar