Produk Sari Roti setelah mengalami seruan boikot sekitar tujuh bulan lalu. Hari ini, sengaja saya membeli roti basah produk Sari Roti dengan beragam varian rasa. Hal pertama yang saya lakukan adalah melihat harga roti tersebut. Ternyata, ada kenaikan harga terhadap semua produk Sari Roti, ketimbang sebelum seruan aksi boikot.
Apakah Sari Roti kehilangan pelanggan, sehingga harus menaikkan harga? Saya pikir tidak. Sebab produk Sari Roti memiliki segmen pembelinya sendiri. Tidak mudah terusik dengan produk lain. Bahkan toko yang menjual Sari Roti yang saya beli: ada produk pembanding dari perusahaan berbeda. Dan diletakkan bersebelahan dengan varian produk Sari Roti.
Agaknya, Sari Roti cukup jeli menguji mentalitas pelanggannya. Sebab, tidak semua perusahan berani melakukan penjajakan dengan kompetitor dalam produk yang sama dalam satu area. Apalagi, dengan harga yang berbeda--produk lain lebih murah. Karena efek jangan pendek atau jangka panjang, produknya akan mati tak terbeli, sebab pelanggan akan beralih pada produk yang lebih murah--sebagai pilihan tersier. Maka, apa yang dilakukan Sari Roti merupakan jawaban bahwa pelanggan produknya adalah pelanggan rasional bukan emosional.
Bisa jadi teknik menaikkan harga produk oleh Sari Roti. Agar tidak terjadi demarkasi harga produk yang satu dengan produk yang lain. Oleh sebab itu, gerakan boikot produk Sari Roti yang telah masuk angin itu menjadi berkah bagi Sari Roti untuk mengeluarkan produk baru dan menaikkan harga secara perlahan. Iklan gratis dan masif. Hem!
Saya gagap isu.
0 comments:
Posting Komentar