Luna, anakku.
Di hari ulang tahunmu yang kedua ini. Barangkali, ucapan selamat ulang tahun di tengah perjalanan keluar kota terasa agak aneh bagimu. Namun, percayalah anakku. Bahwa apa yang Ayah dan Bunda ucapkan itu merupakan salah satu ucapan, doa dan harapan terbaik untukmu.
Barangkali, untuk kali yang kedua ini. Aku yang paling tidak bisa bersahabat dengan waktu. Pada waktu usiamu menapaki satu tahun--setahun lalu. Aku terpaksa harus menyelesaikan tugas pekerjaan di luar kota. Sehingga kamu aku pun harus mengucapkan selamat dari jauh. Termasuk pula yang terjadi pada hari ini--kita dekat secara ragawi, namun sedang di luar kota. Namun, percayalah. Pada hakikatnya ikatan bathin anak orang tua tidak akan pernah melebar oleh jarak.
Dalam hidup, seorang selalu selalu memiliki standar hidupnya sendiri. Punya alat ukur sendirinya untuk menentukan bagaimana mereka berbahagia, bergembira bahkan bersedih. Namun, hal yang paling penting dari seluruh macam standar itu--hanya aturan main Tuhan yang paling absah untuk menentukan semua jalan hidup manusia. Ya! hanya Tuhan pemegang hak veto seluruh dimensi hidup manusia. Oleh sebab itu, cara paling baik bernegosiasi dengan Maha Pemegang Hak Veto adalah upaya kita mensyukuri dan memperbaiki semua elemen dalam tiap persaksian keberhambaan kita--segala bentuk pikir, proses, tindakan dan refleksi kita. Dan kamu adalah bagian rasa syukur kami terhadap Tuhan.
Barangkali, hal itulah yang harus kita ingat, Nak. Bila suatu saat akan, telah dan merubah standar hidup--selalu hadirkan Tuhan dalam segenap keputusan yang akan kita buat. Sebab dari situlah kita menemukan kompas bahagiaan, tidak hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga bagi orang lain. Tidak hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Intinya, kita akan memenangkan peperangan pilihan dan keputusan kita secara bahagia.
0 comments:
Posting Komentar