Selera Makan Yang Payah

Minggu lalu. Waktu saya dan istri selesai mengajak Luna berenang. Istri saya mengajak saya makan siang karena memang hari sudah sampai di ubun-ubun--waktu makan siang. 

"Ayah mau makan di mana?" tanya istri saya samar. Kami masih di atas motor. 

"Di tempat biasa aja. Ayah mau makan yang ada sayurnya. Pokoknya yang seger-seger" jawab saya dengan tetap fokus menyetir: melupakan menu makanan. 

"Nda mau yang tempat kemarin itu, Yah. Kayaknya itu enak" istri saya mengalihkan daftar menu makan dalam isi kepala saya. 

"Yaelah. Itu gak enak Nda. Gak ada sayurnya" "Pokoknya Nda mau makan di sana" ultimatum  istri saya--yang menyebabkan saya harus terpaksa pasrah.

Tak lama kemudian. Saya pun membelokkan motor yang kami tumpangi ke salah satu Toserba yang ada di Majenang--lokasi di mana tempat makan bidikan istri saya. Saya dan Luna langsung menuju tempat duduk sementara istri saya memesan menu.

Istri saya membawa nampan dengan dua paket nasi ayam goreng, lemon tea dan Pepsi. Maka, seketika itu pula selera makan saya pun buyar. Maklum saja lidah saya terlampau diciptakan Tuhan untuk masakan dan makanan kampung. Namun, untuk menghormati istri saya yang telah susah payah antri memesan dan membayar. Saya pun makan meski dengan  keadaan meringis.

 "Makanannya kok gak enak ya, Yah. Nggak seperti yang di gambar" Nah! Ini dia respon yang saya tunggu dari tadi. 

"Kan udah ayah bilang tadi. Makan di tempat biasa yang banyak sayur. Kalau lihat harganya mah ini udah dapat dua porsi sop buntut dan seporsi tempe. Tuh! Luna cuma makan beberapa suap. Masih mau kesini lagi?" jawab saya banding hitung. 

"Iihhhh.." istri saya mencubit lengan saya.

Akhirnya, makan siang waktu itu kami selesaikan dengan kesan kurang bahagia dan tetap disyukuri. Entah, memang sudah sedari dulu--saya lebih suka makanan dan masakan rumahan ketimbang makanan ala-ala barat. Bahkan teman-teman dekat saya pun semacam sudah paham bahwa saya orang yang suka makan di angkringan atau lesehan ketimbang nongkrong di warung transnasional.

Barangkali, ini selera makan saya memang payah bagi sebagian orang. Tapi, inilah saya dengan lidah katroknya--yang susah diintervensi.


0 comments: