Kami sekeluarga memanggilnya Seina. Nama Lengkapnya Aviceina Putri Khodaria. Sewaktu saya masih di Jogja Seina selalu main ke kamar saya—lebih tepatnya, saya yang memomong Seina saat orang tuanya lagi tidak ada. Tiap kali di kamar saya, ia selalu mengobok-obok buku yang sebenarnya sudah berantakan. Diambil dari rak, dibawa, diseret, dibaca wawiwu dan kadang disobek. Duh!
Hal itulah yang dilakukan Seina tiap kali memasuki kamar saya. Bocah ingusan itu lebih suka main buku, ketimbang nonton Ipin Upin. Kadang-kadang, ia menulis abstrak di kertas bekas atau dinding kamar saya yang sudah tidak terawat. Sampai tibalah satu hari, saya dikagetkan melihat Seina memegang buku Das Capital karya Karx Marx yang sudah diterjemahkan oleh Yayasan Obor. Entahlah, apa yang ada dalam benaknya ketika mengambil buku tersebut. Saya pun membiarkannya memegang dan membuka tiap lembar buku tersebut. Meski, saya tahu ia tidak akan mengerti apa-apa tentangnya. Karena, ia hanyalah anak kecil yang belum bisa membaca. Cekrek! saya pun mengambil gambar Seina yang sedang memegang buku tersebut sambil nyengir. Bocah ingusan itu terlampau berani mengambil buku suci kaum Marxian itu.
Kini, saat Seina sudah bisa membaca dan menginjak kelas 2 (dua) SD. Ia malah menjadi penggila berat buku serial KKPK (Kecil Kecil Punya Karya) yang entah berapa seri sudah ia koleksi. Tapi, yang jelas, tiap kali saya ke Jogja, saya harus mentraktirnya membelikan minimal dua buku serial tersebut. Saking sukanya Seina dengan membaca buku—teman-temannya pernah enggan bermain dengannya hanya karena alasan: Seina suka baca buku. Bahkan pernah suatu ketika—ia di kunci sendirian di kamar mandi masjid hingga 2 jam lamanya.
"Bagus sih, Om. Tapi, aku baca KKPK dulu" Jawab Seina lugu waktu saya menyodorkan buku Bumi Manusianya Pramoedya Ananta Toer. Ia hanya membacanya sampai halaman puluhan. Meski, ia tidak selesai membaca. Tapi, saya suka jawaban: bagus!
Seina bukan tipikal orang yang gampang memilih bacaan. Barangkali, hal ini dipengaruhi oleh ibunya yang menjadi bakul buku—tiap hari urusannya adalah buku. Oleh sebab itu, tiap kali dibawa ke toko buku, ia semacam memiliki dunianya sendiri untuk mencari tempat nyaman untuk membaca. Bahkan secara tiba-tiba ia membawa kenalan teman baru—yang tentu saja satu hobi dengannya: suka baca buku. Tidak hanya itu, kini sewaktu teman usianya masih membaca dan belajar Iqro' 3 dan 5. Ia sudah jelang khatam Al Qur'an pertamanya.
Suatu hari nanti. Saat ia sudah memiliki kemampuan membaca dan memahami yang jauh lebih baik. Saya akan membelikannya buku yang pernah dipegangnya: Das Capital. Bukan lagi, KKPK. Agar ia tidak terjebak pada lebel-lebel tertentu tanpa sedikit memahaminya. Itu sebabnya, mengapa saya sumbang nama Aviceina.
Salah satu status emaknya Seina di Facebook
0 comments:
Posting Komentar