Cantik Itu Sakit


Apa yang ada dalam benak dan pikiran kita saat mendengar kata ‘cantik’ dan ‘ganteng’? barangkali, tidak sedikit dari kita akan secara spontan akan melayangkan pada bentuk dan konsep cantik—yang biasa dihadirkan dalam berbagai bentuk iklan kecantikan, yakni: putih, tinggi, langsing, rambut panjang dan lainnya. Bahkan untuk memberikan efek lebih spesifik mengenai cantik itu sendiri, tidak jarang dilekatkan pada tokoh tertentu seperti halnya boneka Barbey. Sedangkan untuk ‘ganteng’ dipersepsikan seperti cowok ganteng, berkulit putih, postur tinggi, berbadan kekar dan lainnnya sebagaimana digambarkan dalam berbagai produk maskulin—bahkan jika perlu dibuatkan sinetron ‘Ganteng Ganteng Srigala’, Loh!

Tentang soal cantik. Ada juga beberapa kalangan yang memandang bahwa cantik itu relatif. Ya! relatif. Anggapan ini bisa jadi benar, tapi bisa jadi salah. Dianggap benar karena antara sudut pandang yang satu dengan yang lain bisa jadi berbeda satu sama lain. Namun, akan menjadi salah manakala anggapan tentang cantik itu dibawa pada hal-hal yang jauh lebih spesifik. Maka, pada yang berlaku pada anggapan ini adalah permainan dan bangunan terhadap produk kecantikan tertentu. Sehingga tidaklah mengherankan jika nyaris produk kecantikan selalu berseri-seri dan tiap daerah begitu menjamur salon kecantikan, dari yang bertarif murah hingga bertarif menggigil. Selain itu, muncul pula event-event tertentu seperti pemilihan ajang kecantikan—yang tentunya disponsori produk kecantikan, tidak tercuali yang berbalut agama.

Dalam beberapa kasus untuk menjadikan diri sebagai orang cantik seorang begitu berani melukai dirinya sendiri, seperti dilansir sebuah penelitian di Inggris yang menyatakan ada 10 (sepuluh) hal yang paling sering dilakukan seorang wanita agar dianggap cantik diantaranya: memakai high heels yang terlalu tinggi, waxing, tunning, penataan rambut yang berlebihan, iritasi tehadap produk, memakai pakaian terlalu ketat, kecelaan dalam mengeriting bulu mata, rambut rusak karena cat rambut, malfungsi tato dan piercing, dan memutihkan gigi. Artinya, cantik semata-mata bukanlah hal yang tampak dipermukaan saja, melainkan ada hal pedih yang harus dibayar dan rasa sakit dari apa yang disebut sebagai diri yang cantik. Sekalipun, berkaitan dengan hal cantik ini sudah lama berlangsung arus perjalanan—cantik seorang wanita. 

Barangkali, berkaitan dengan penampilan cantik ini tentu saja kita akan dihadapkan dengan kenyataan perawatan kecantikan seorang artis yang menelan biaya yang bisa disebut sudah tidak lagi rasional. Misalnya, seorang Jennifer Aniston untuk motong dan menata rambut, perawata kulit, rias wajah, alis mata, hidung dan berbagai kebutuhan kecantikan lainnya, Jannifer Aniston harus merogok kocek Rp. 102 juta setiap bulannya. Ada pula Beyonce untuk mengencangkan kulitnya harus mengeluarkan biaya Rp. 3, 44 miliar, Rihanna dengan ganti model rambutnya juga harus membayar Rp. 28,3 juta, bahkan dalam seminggu bisa menghabiskan dana Rp. 128, 4 juta untuk penampilan rambut terbaiknya. Dari dalam negeri, rasanya tidak tidak lengkap kalau tidak menyebut seorang Syahrini sebagai salah satu selebritis yang berpenampilan eksentrik yang kabarnya untuk perawatannya menghabiskan miliaran rupiah. Diva pop Rossa mengeluarkan dana antara 20-30 juta perawatan kecantikannya. Bahkan artis marihot Roro Fitria menghabiskan Rp. 200-300 juta saban bulannya. Tentu, pada akhirnya cantik tidak saja hanya sakit, melainkan juga boros.

Kini, mari kita bandingkan dengan kehidupan orang-orang yang bisa jadi—tidak jauh dari lingkungan mereka. Di Amerika sendiri misalnya pada tahun 2012 ada sekitar 46, 5 juta yang masih meringkuk dalam ruang kemiskinan atau 15 % dari total penduduk AS yang kesemuanya menyebar pada beberapa negara bagian. Bahkan mereka yang miskin menggantungkan diri para lembaga donor yang bisa membantu kehidupan mereka yang kelaparan. Terkait potret kemiskinan di Indonesia, rasanya-rasanya tidak perlu kita kita diskusikan terlalu panjang, sebab bisa bisa jadi kita memiliki jawaban dan kesimpulannya sendiri. Tentu saja, potret kemiskinan diatas hanya segelintir persoalan yang melingkupi yang berbagai persoalan yang dihadapi oleh semua negara, tidak hanya di Amerika dan Indonesia semata.

Jadi, apakah cantik hanya untuk diri kita sendiri? Entahlah.




 

0 comments: