"Siapa yang mencuci pakaiaan kotor Luna?" tanya
salah seorang kerabat waktu menjenguk anak saya sore tadi.
"Saya cuci
sendiri mas" jawab saya
"Nyuci sejak lahiran? Sejak dari rumah sakit?"
"Iya. Saya yang mencucinya sejak dari rumah sakit sampai kemarin. Tapi,
sekarang sudah ada yang bantu karena saya harus masuk kerja lagi"
"Wah.
Kamu berani ya.."
"Tidak juga. Hanya dipaksakan aja. Hehe." jawab saya
sambil mengangkat dahi.
Terus terang, waktu saya mencuci pakaian penuh
darah dari bekas operasi secar istri saya dan pakaian kotor penuh (maaf)
pup anak, saya merasakan geli, jijik dan mual seisi perut. Namun, semua
itu saya paksakan agar saya juga belajar dari perjuangan istri sejak
mengandung hingga melahirkan anak kami, Luna. Apalagi, kini istri saya
harus meronda malam hari untuk menyusui dan mengganti popok Luna.
Setidaknya, jeda waktu dua jam istri saya harus bangun dari tidurnya. Ia
selalu siaga untuk menjaga Luna, sekalipun ia saya tinggal sendiri di
rumah karena saya harus kembali ke Purwoketo--tempat saya bekerja.
Dari
istri saya inilah, saya menyadari bahwa hal itulah yang dikerjakan ibu
saya waktu saya masih kecil.. Kini, saya sudah terbiasa dengan pekerjaan
domostik istri saya: mencuci, nyapu, ngepel dan mengganti popok Luna.
Dan hanya memasak yang selalu berantakan untuk saya kerjakan sendiri.:-)
0 comments:
Posting Komentar