Hidup seperti menapaki perjalanan
ke tempat atau tujuan tertentu. Kita membutuhkan tenaga, biaya, usaha dan
tentunya doa agar perjalanan berjalan dengan lancar penuh keselamatan. Terkadang,
tidak sedikit rintangan dan tantangan yang harus dihadapi dengan beragam
skalanya. Itu sebabnya dalam tiap perjalanan tiap dari kita selalu menemukan
ceritanya sendiri. Mereka yang hanya tidur sepanjang perjalanan, hanya
menemukan kelempengan dalam hidupnya. Tidak pernah menyaksikan bahwa sepanjang
perjalanan ia menemukan banyak hal untuk disaksikan dan dialami untuk bisa
diambil pelajaran. Cerita perjalanan mereka yang tertidur bahwa dalam mimpi
tidurnya ia menemukan sawah dan pemandangan indah menawan mata. Yang pada
hakikatnya bisa disaksikan secara lebih mata, jika seandainya tidak tertidur. Barangkali,
“tidur” sepanjangan perjalanan bisa kita pahami sebagai—pilihan berbeda dalam
hidup.
Diusia saya yang kini sudah genap
29 tahun. Rasanya, apa yang saya rasakan selama ini bisa dianggap sedang
menjalani keduanya—bangun dan tidur. Saya perlu merasa bangun untuk mengerjakan
hal-hal sangat mendesak untuk kehidupan saya dan orang-orang disekitar. Sejak
lima tahun lalu saya belajar merencanakan berbagai pilihan yang akan saya ambil
berikut target hasil yang ingin saya capai. Bisa dibilang saya sedang membentuk
roadmap atau fishbone untuk kehidupan saya. Entah, akan tercapai atau tidak,
setidaknya saya sudah mencoba untuk berpikir, berusaha, merefleksi (doa) atas
apa yang saya rancang tersebut. Namun,
apa yang saya rasakan saat ini, apa yang saya rancang hemat penilaian saya—rata-rata
banyak tercapainya. Itu sebabnya saya memilih untuk tidak tidur agar fishbone
yang telah saya rancang bisa berjalan secara maksimal. Mario Teguh menyebut
memilki roadmap atau fishbone hidup dalam pandangan saya—sebagai
doa yang dirancang khusus untuk Tuhan. Bukan untuk mengelabuhi takdir,
melainkan memaksimalkan usaha dan doa.
Saya juga merasa perlu untuk
tidur. Belajar untuk melupakan kesalahan dan masa lalu yang bisa jadi akan
menjadi sandungan diri dan orang lain. Biarlah malam menjadi wasit pada jam
berapa saya harus tidur dan terbangun. Sebab, memilih untuk tidak melakukan
apa-apa dengan mengistirahatkan onderdil tubuh adalah bagian fitrah yang harus
dijalani. Karena, yang membedakannya apakah kita akan mencari kualitas ataukah
kuantitas dalam tidur-tidur lelap kita. Dan sekali, hidup adalah bagian dari
beragam serangkaian pilihan yang harus dijalani.
Maka, usia 29 bagi saya—tetap seperti
tahun-tahun sebelumnya. Yang
membedakannya hanya usia saya yang bertambah. Dan yang istimewa, kali ini saya
tidak sendiri lagi. Ada istri dan anak yang saat ini sedang berada dalam rahim
istri saya. Bersama mereka berdualah saya merayakan pertambahan usia ini dengan
perayaan doa dan harapan yang sebesar-besarnya. Sembari memadukan fishbone impian yang kami miliki—agar keluarga
mungil kami selalu bahagia dan membahagiakan. Barangkali, mereka berdualah
hadiah termanis dipertambahan usia saya yang ke 29 ini... dan terima kasih atas
ucapan dan doa dari rekan-rekan sekalian. Keberkahan dan keselamatan untuk kita
semuanya.
Penutup. Selamat ulang tahun
untuk diri saya sendiri :))
0 comments:
Posting Komentar