Tuhan,
Dari taburan waktu yang telah
kami lewati bersama. Kami selalu menitipkan sejuta harap bagi kesempurnaan kami
sebagai pasangan suami-istri. Harapan terbesar adalah bagaimana kami bisa
diberi amanah generasi penyejuk mata dan penenang jiwa. Seperti yang pernah diharapkan
Ibrahim terhadap kehadiran Ismail.
Barangkali, memang bukan sebuah
kebetulan. Jika pagi tadi, kami mendengar kabar hasil medis—yang menyatakan
bahwa kami akan diamanahi harapan kami tersebut selama ini. Menurut perkiraan
medisnya: ia akan menyapa dan akan bersama kami—menjadi khalifahmu secara
sempurnya 11 April 2015 nanti. Kini, ia sudah berusia 5 minggu—seakan harapan
lewat untaian doa kami, Engkau kabulkan dengan sangat cepat sekali.
Sekali lagi, semua itu terjadi
tidak lain adalah kuasa-Mu. Kami hanya berusaha dan saling memantaskan diri
untuk terpenuhinya harapan tersebut.
Tuhan yang Maha Kuat,
Kami sadar fase ini merupakan
fase dimana kami patut untuk jauh berhati-hati. Sebab segala kemungkinan bisa
saja terjadi akibat kecerobohan kami sebagai manusia. Dengan segala
keperkasaan-Mu, kuatkan bathin dan raga kami—serta kuatkan janin yang ada dalam
rahim. Kami tahu, ia telah melewati perjalanan panjang yang melelahkan, untuk
bisa melakukan pertemuan abadi—dan menyatu dalam sel telur, untuk kemudian menjadi
janin. Yang mana konon dalam sebuah penelitian menyebutkan—seorang pria normal
melepaskan 120 juta sel sperma—dan hanya 1 sel sperma yang membuahi sel telur.
Barangkali, perjalanan janin yang tengah kami dekap dengan rasa cinta dan kasih
sayang ini—adalah kehendakmu, Tuhan.
Engkau seakan seakan memberi
pelajaran dan pesan: bahwa kebahagiaan dan harapan membutuhkan perjalanan
panjang, perjuangan dan pengorbanan.
Sebagai perjalanan panjang,
dimana harapan kami tersebut merupakan cobaan yang telah Engkau garis dan
tuliskan—maka, jadikan apa yang sedang dan akan kami jalani ini sebagai ruang
ibadah, yang semakin mendekatkan diri pada-Mu. Engkau selalu mengerti dan
memahami perasaan dan harapan kami—bahwa segala sesuatu pasti ada alasannya, sekalipun
kami sering melakukan kesalahan-kesalahan: yang selalu Engkau maafkan.
Barangkali, dalam konteks ini kami harus terus belajar memperbesar volume
tindakan dan harapan—bahwa Innallaaha
maashabirin.
Tuhan yang Maha Pemurah
Sungguh, kini kami akan semakin
mengencangkan ikat pinggang. Dan lebih sering menggulung lengan baju—untuk semakin
giat berusaha, bekerja dan berdoa. Supaya kami benar-benar pantas menjadi
bagian hamba-Mu, yang diamanahi harapan terindah ini. Jika kami masih boleh
banyak meminta—ijinkan kami selalu mendampinginya sebagai orang tua dan anak—keluarga:
yang bahagia dan membagiakan.
Ditengah suasana kami yang sangat
membahagiakan—juga menegangkan ini. Kami titipkan salam sapa kepada harapan
besar kami tersebut. Kami tahu, kontak bathin kami selalu menyala satu sama
lain—tapi, kami ingin memperkenalkan-Mu sedari dini—sebagai tugas khusus
hubungan orang tua, anak dan Tuhannya. Supaya kelak ketika ia memasuki alam
dunia. Ia tak lagi kaget dan terheran—bahwa alam dunia ini bagian dari
kuasa-Mu, yang berantai sejak alam rahim.
Tuhan, mohon sampaikan salam sapa
kami ini padanya :
“Hai! Kata nyonya medis kamu
sudah 5 minggu. Baik-baik ya, jangan merasa takut: kamu dijaga Tuhan Semesta
lewat dinding yang kuat. Serta barisan doa-doa. Kami tunggu kehadiranmu di alam
dunia”
Tuhan yang Maha Menjaga
Kami titipkan segalanya kepada-Mu...
0 comments:
Posting Komentar