: Untuk yang ku sebut,
Habibi dan Aini
Abiet dan
Camelia
Kapan
kamu jatuh cinta? Tuhan
menyanyaku dengan segenap kenakalan dan kealpaanku—tak terhitung seberapa
jumlahnya. Tiap kali aku berbuat salah, Tuhan selalu memaafkan. Aku pun berbuat
salah lagi, Tuhan memaafkan. Begitu seterusnya—hingga aku merasa. Bahwa aku
tidak pernah punya rasa malu terhadap-Nya. Harus berapa banyak lagi nikmat yang
harus didustakan—lagi-lagi, Tuhan tetap mencintai dan memaafkan. Maafkan aku ya
Tuhan. Yaahh.. Please.. :))
Kapan
kamu jatuh cinta? jika
pertanyaan itu yang kalian hadapkan kepadaku. Aku sendiri juga tidak tahu harus
menceritakan dari mana ihwalnya. Yang
aku ingat hingga saat ini, bahwa aku jatuh cinta saat pertama kali ibuku
memukulku. Karena aku bolos sekolah.
Jika saja ibu. Tidak memukuliku sambil
menangis. Barangkali, hingga kini. Tidak pernah aku mengetahui bahwa cinta yang
besar itu, harus diekspresikan bagaimana pun bentuknya. Dan ibuku memilih
dengan memukuliku hingga buah betisku memar dan merah. Terang bagai merah
delima. Ya! aku jatuh cinta setelah
lahir. Dan aku baru menyadarinya. Bukankah cinta kesadaran itu sendiri. Tak ada
rasa cinta yang menghilangkan kesadaran. Sekalipun ia melumpuhkan sendi-sendi
logika.
Kapan
kamu jatuh cinta? kali
ini pertanyaan kalian makin mendesakku. Bukankah manusia diciptakan Tuhan untuk
berpasang-pasangan. Dan untuk saling mengenal satu sama lain. Lantas, mengapa
kalian pertanyakan itu padaku. Bukankah kalian sudah mengetahuinya. Tidak ada
yang tahu, kita akan berjodoh dengan siapa di dunia ini. Alarm yang bisa kita jadikan pegangan. Manakala, detak jantung dan
perasaan berjalan seirama untuk memilih siapa yang hendak dipilih. Katakan saja
bahwa: aku mencintaimu.
Lagi-lagi, cinta itu memang perlu
ekspresi. Lakukan apa saja yang bisa kita bisa. Tidak perlu membicarakan soal
benar-salah: apakah ia jodohku atau tidak. Semua itu kekuasaan Tuhan. Yang sudah
Tuhan rencanakan sejak kita ada dalam alam roh. Saat-saat dimana kita mulai lulus
oleh fase kritis. Apa yang lakukan saat ini tidak lain merupakan upaya, menurunkah
ketentuan Tuhan itu ke alam bumi. Dan mencintainya dengan sepenuh hati: usai
ijab kabul itu dikumandangkan.
Tiap perjalanan cinta itu akan menemukan
sejarahnya sendiri. Entah akan semanunggal Habibi dan Ainun. Ataukah sedalam
bait lagu Camelia yang dinyanyikan Ebiet G. Addie. Kalian punya sejarah cintanya
sendiri: sebab semua itu ditentukan sejauhmana ekspresi cinta itu diupayakan. Sudahi
saja saling intip mention di Twitter, periksa foto di Instalgram, cek status di BMM dan Facebook. Tapi, diam-diam saling unduh gambar masing-masing. Dan
saling mengagumi. Itu sama halnya cinta sekuat jaringan internet.
Dan apa yang aku bicarakan ini. Tidak ada
kaitannya sama sekali. Selain—kalian harus saling mengungkapkan dan
mengekresikan cinta kalian masing-masing.
Kelak, suatu hari nanti. Aku akan
bertanya: Kapan kamu jatuh cinta?
Gambarnya (Klik)
0 comments:
Posting Komentar