Minyak Presiden



Tuan Presiden,

Kali ini anda kembali berkeinginan untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Setelah tahun sebelumnya anda harus mengalah karena tidak direstui oleh para anggota dewan rakyat. Rencana kenaikan kali ini pun anda lebih sedikit pro rakyat dengan mengganggap subsidi BBM telah salah sasaran, bukan lagi dengan alasan akan jebolnya anggaran negara. Dan kali pula, surat ini pun untuk yang ketiga kalinya kami tulis—setelah Kopi dan Bawang tuan Presiden.

Tuan Presiden.

Harus dengan cara apa kami harus menyakinkan anda untuk tidak perlu ragu dalam mengambil keputusan. Bisakah anda mengambil keputusan tanpa terlalu banyak membiarkan opini terlebih dahulu. Dalam kasus BBM kali ini misalnya, seakan menjadi bola liar opini itu membentuk asumsi atas opini, pertikaian koalisi, ketidakjujuran bernisnis dengan cara menimbun—atau bahkan anda lewat pembantu di Kementerian selalu memprovokasi seakan tidak mendapat dukungan rakyat; subsidi salah sasaran sehingga menyebabkan kemiskinan semakin mewabah.

Tuan, kami tidak paham apa itu subsidi. Apalagi subsidi itu mencapai angka Rp. 193, 8 Triliun. Tak cukup jari kami untuk menghitung seberapa banyak uang itu harus dikeluarkan. Anda yang lebih mengetahui soal seberapa besar kebutuhan subsidi yang anda butuhkan untuk melindungi harga minyak bakar dan menjaga kestabitan ekonomi di dalam negeri. Anda pula yang lebih tahu seberapa besar tingkat ketidak-tepat sasaran subsidi yang anda maksud. Namun, jika salah sasaran subsidi itu kemudian dianggap menjadi tabiat buruk kami dengan mengisi bahan bakar subsidi karena kendaraan kami mewah. Dan menjadi dasar ketidak-tepat sasaran itu terjadi. Lalu, dimanakah cara anda mengelola negeri ini Tuan. Bukankah anda punya kuasa untuk menangani semua itu!

Konon, negeri salah satu negeri pengekspor minyak dan gas. Tapi mengapa negeri masih ribut soal harga minyak dunia yang kian menanjak. Bukankah seharusnya kita bisa menikmati kenaikan harga tersebut. Sekali lagi, anda yang lebih menyetahui semua itu. Anggap saja kami tidak mengetahui soal proses dan biaya lifting, refining dan transporting minyak. Dan anggap pula kami tidak mengetahui apa yang dimaksud subsidi, perusahaan asing—atau bahkan kita tak punya cukup nyali untuk menasionalisasi perusahaan asing yang menghisap kekayaan negeri ini.

Tuan Presiden

Naikkan saja harga BBM itu Tuan. Jika itu bisa memberi kemanfaatan besar bagi negeri ini. Tak perlu anda melunakkan kami dengan segala macam bantuan, sebab semua itu sebenarnya tidak lebih cukup menutupi segala kebutuhan kami. Tak perlu anda risau dengan koalisi partai, sebab anda berkoalisi dengan rakyat yang mayoritas telah memilih anda di pemilu lalu. Tak perlu anda mengkhawatirkan citra, sebab citra anda telah dijamin dengan rentetan penghargaan. Dan tak perlu anda takut dengan demonstrasi, sebab anda memilki protap anti huru-hara. Dan tak perlu pula pembantu anda mengeksploitasi kemiskinan rakyat negeri ini di berbagai media massa hanya karena ingin menyakinkan diri untuk menaikkan harga BBM, sebab kenyataannya penghuni negeri ini tak hanya miskin materi tapi juga miskin mental.

Tak perlu bimbang Tuan, kami tunggu pengumuman kenaikan itu BBM itu besok pagi seperti yang sudah anda rencanakan bersama para pembantu anda. Kenaikan harga BBM ditengah makin bernafsunya harga kebutuhan pokok dibanyak tempat. Kelak kami akan memasang foto anda yang melambaikan tangan dengan tulisan; Piye kabare Bro? Penak Jamanku to..

Link (Gambar)

0 comments: