Ketika kita
sudah duduk berhadapan. Saat-saat dimana mata kian larut menatap tajam. Menanti
keputusan terbukanya gerbang kehidupan masa depan. Biarkanlah penguasa diri
kita memberi arahan kemana sebenarnya kita harus melangkah.
Namun, saat
kamu diminta saran atas keputusan tersebut. Maka aku mohon, jangan biarkan aku
hanya diberi sikap diam saja. Sebagai isyarat kamu menerima pertanyaan dari
penguasamu. Tataplah lebih dalam bola mataku yang meledakkan sejuta harap. Kumpulkan
puing-puing ledakan itu dengan harapan dan keyakinan yang dalam. Usaplah seluruh
sakit kita di masa lalu yang hanya membuat irisan baru di masa depan.
Barangkali,
dengan seperti ini kita akan jauh lebih percaya; menapaki status kehidupan yang
baru, tidak lain merupakan upaya menyiram keputusan untuk menjadi lebih baik. Tak ada kehidupan tanpa keputusan. Dan kita
baru mau menuju pada keputusan itu..
Ah, memang benar sikapmu yang terus
mendesakku pada keputusan itu. Tidak ada
kesempurnaan jika kita tidak berani menapaki langkah yang pertama. Begitulah,
lamunanku ditengah deretan kewajiban pagi ini; tanda langkah yang pertama itu—khitbah.
Tunggu saja
kedatanganku; siapkan tatapan terdalammu :))
2 comments:
wets, kakak angkat mau melamar siapa? ckckck
Semua orang akan mengalaminya :))
Posting Komentar