Ini surat yang kesekian kalinya tuan
Presiden. Setelah beberapa waktu, kami menulis mengenai kopi anda. Kali ini,
kami mendengar bahwa anda akan berjualan nasi goreng dan menjadi petani cabai,
saat anda menepikan diri dari hiruk pikuk panggung politik yang kian runyam ini.
Salah mendengarkah kami ini?
Sepertinya, tidak juga tuan. Anda benar-benar
mengucapkan hal itu. Entah itu benar ataupun tidak. Kami tidak mengerti. Hanya
diri anda yang mengetahui isi dan perasaan dari ungkapan yang anda sampaikan. Hari
ini, hampir semua media membincangkan hal itu; tentang keinginan anda untuk
menjadi penjual nasi goreng dan petani cabai.
Tetapi, bagaimana kami bisa memahami,
bahwa anda benar-benar ingin berjualan nasi goreng atau petani cabai. Ataukah
itu hanya dagelan politik yang hendak anda ciptakan untuk meredam kisruh parpol
yang anda dirikan, jenderal maling, korupsi mega proyek, konflik antar warga,
terorisme—ataukah hal ini, untuk meredam gejolak harga bawang yang naik secara
bergerilya. Hingga ada rumor yang beredar, akan ada penumbangan terhadap tanda sebagai
presiden pada tanggal 25 maret. Celakanya, gerakan ini menjadikan isu menaikan
bawang sebagai alasan anda harus turun. Mereka menyebut hal tersebut sebagai “revolusi bawang”. Tidak hanya berhenti
disitu, anda pun membalasnya dengan memangil dan mengkonsolidasikan mantan
jenderal, tokoh agama juga pimpinan media.
Perlu kita catat tebal-tebal. Bawang
adalah unsur penting dalam segala aneka masakan di negeri ini. Tidak peduli
bahwa bawang itu hidup di negara dengan empat musim. Bawang ya tetap bawang, saat kita tak bisa menghadirkan
bawang dalam tiap menu masakan, maka dapat dipastikan masakan itu berujung
kiamat. Minim rasa, tak bertekstur, penuh sepat—ada rasa yang hilang secara
menyakitkan.
Tuan presiden, tentunya anda sudah
mendengar harga kenaikan bawang ini dari para pembantu anda. Dan anda juga tahu,
bahwa antar pembantu anda itu, saling menuding satu sama lain. Ada yang ingin
swasembada bawang, ada yang ingin mementing fee
dari para importer, adapula yang menjadi komentator ditelevisi. Hasilnya, bisa
anda saksikan sendiri, saat ini harga bawang di pasaran yang awalnya Rp. 20.000
sudah menembus Rp. 70.000 hingga Rp. 100.000. Bahkan harga cabai dari Rp.
20.000 menjadi Rp. 40.000. hingga saat ini belum ada tanda-tanda untuk segera
turun; persis dengan kenaikan daging beberapa waktu lalu.
Jika sudah seperti ini, masihkah anda
berkeinginan berjualan nasi goreng? yang dalam racikannya juga membutuhkan
bawang, beras, minyak—tentunya, semua itu barang impor. Ataukah anda akan
memilih menjadi petani cabai yang saat ini mengalami kenaikan?
Barangkali, kami hanya terlalu besar berespektasi
bahwa anda benar-benar menjadi pedagang nasi goreng atau petani cabai. Padahal,
saat ini anda sedang menjadi seorang presiden yang memiliki kuasa menggertak
semua pembantu dan para kartel perdagangan. Sungguh, kami tidak menyangsikan
anda bisa berjualan nasi orang atau tidak. Sebab anda bisa mengundang kolega
anda untuk mampir ke tempat anda berjualan. Atau membuka outlet dibeberapa negeri. tentunya, dengan harga yang tidak sama
dengan harga harga nasi goreng pinggir jalan.
Konon, negeri negeri ini bisa tumbuh
beragam tumbuhan. Namun, mengapa hanya untuk menghasilkan bawang dengan
kualitas baik dan harga murah tak becus kita upayakan. Di pasaran bawang yang
beredar sebagian besar adalah impor, bahkan menurut berita yang beredar kebutuhan
bawang dalam negeri 80 % dicukupi dengan cara impor. Menjadi petani juga
demikian—termasuk petani cabai. Harga pupuk, pestisida, bibit hingga harga jual
pertanian selalu tidak sesuai dengan rencana, terjatuh jurang merugi. Jika yang
terjadi demikian, selamanya anda hanya “berkeinginan” menjadi pedagang nasi
goreng. Dan selamanya pula, anda akan “berkeinginan” menjadi petani cabai. Jika
anda tidak pernah pula “berkeinginan” mengusir jauh-jauh benih yang
menenggelamkan kesejahteraan negeri para kaum agraris.
Percayalah tuan kepada rakyat anda. Tidak
akan ada penumbangan atas kekuasaan anda hingga pemilu tiba. Anda dipilih
dengan suara terbanya. Rakyat anda semakin hari makin terdidik. Mampu membedakan
mana benar mana tidak. Jadi lakukanlah yang terbaik bagi rakyat. Hidarilah
jauh-jauh dari ketergantungan pihak asing. Berdayakan potensi rakyat bukan
hanya dengan program operasi pasar. Melainkan dengan tauladan mendidik.
Sebagai bukan dagelan politik. Semoga keinginan
anda menjadi pedagang nasi goreng atau petani cabai dapat terwujud.
Semoga!
Link (gambar)
0 comments:
Posting Komentar