kami poetra dan poetri Indonesiamengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah air Indonesiakami poetra dan poetri Indonesiamengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesiakami poetra dan poetri Indonesiamengjoenjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia
Djakarta, 28 Oktober 1928
***
masa lalu,
gelora
riuh perjuangan berserikat
kemerdekaan
jadi martir membara dalam dada
tegak melihat
kesejajaran bangsa-bangsa
tanpa
penjajahan, penindasan dan kemunafikan
berikrar
satu jiwa; demi bangsa
masa kini,
waktu
kian berlari
tinggallah
puing-puing sejarah jadi kuburan
dikenang,
diziarahi dan dikeramatkan
karena,
yang tertinggal hanya ritus-ritus
sedang
nilai-nilai makin meluap dimakan zaman
kuno,
kolot dan udik—katanya
berikrar;
kuasa modal dan gincu dandanan
masa depan,
tak bisa
diramal
gelap,
samar, redup—tidak jelas
pasrah
ditengah cengkram pusar arus global
kian
ringkih; akibat produk globalisasi
jiwa dan
raga ada harganya
tergantung
pada siapa yang kuasa
tetapi,
sekarang; detik ini
Masih ada
harapan ditengah pesimisnya
tentang
diri dan masa depan
bertindak,
berkarya dan bersejarah
pulang
dan tegakkan kedaulatan kampungmu
tak
perlu pusingkan puja-puji arus global
karena
kampung lebih terntram dalam bertahlil
sumpah
pemuda bukan ikrar ritus-ritus
tapi
ikrar nilai perjuangan yang tak kenal angka; waktu.
# Selamat Hari Sumpah Pemuda; semoga makin
reflektif.
Link gambar (klik)
0 comments:
Posting Komentar