Keinginan


Perawakan mereka tak terlalu besar jumlah mereka ada 3 orang. Mereka duduk dihadapanku. Mata mereka tegang, penuh harap dan mengantuk. Maklum saja jam sudah menunjukkan angka 00.15. Dan mereka baru tiba tadi siang di tempat ini. Hasil keputusan di kalangan instruktur sudah bulat akan memulangkan semua orang yang tidak konsisten dalam prosesi rekruitmen awal. Dan kami, para instruktur menanyakan kedatangan mereka yang ngglandang ke jogja tanpa memenuhi persyaratan yang sudah di publish sebulan lalu.
Sebenarnya, kami sedikit malu menceritakannya Kanda. Perjalan kami berangkat ke Jogja sangat menegangkan. Kami dari Sumatera menumpang mobil barang untuk bisa sampai ke Jakarta. Dan itu kita membutuhkan 3 hari perjalanan. Sedangkan dari Jakarta kami naik kereta untuk bisa sampai ke jogja. Jadi total 4 hari perjalanan.
Para instruktur pun terkejut termasuk panitia yang duduk tak jauh dari kami. Sebab sebagian dari kami tadi menanyakan naik pesawat apa mereka ke Jogja agar kami bisa memesankan tiket kepulangan mereka . Sungguh! Kami bukan berniat untuk bisa meng-elit-kan posisi sebab sebagian besar peserta yang luar daerah memakai jalur udara untuk efesiensi waktu. Rasa tak takjub dan iba rasanya seakan bercampur aduk mengitari komitment awal dan sikap profesionalisme berlangsungnya sistem training. Aku pun mengecek narasi progress mereka esok harinya. Dari sanalah aku mengetahui bahwa mereka naik mobil buah ke Jakarta. Dan mereka berharap agar bisa mengikuti training ini sampai selesai—sehingga bisa melakukan perbaikan ditingkat cabang yang sempat vakum. Dan dalam narasi yang lain mereka tidur di halte bus agar tidak ketinggalan kendaraan yang bisa membawa mereka ke Jogja.
Tak apa kami tak bisa mendapatkan sertifikat. Tapi ijinkan kami untuk bisa mengikuti materi training ini sampai selesai Kanda.
Terkadang sertifikat menjadi senjata paling ampuh dalam pertarungan posisi dan keinginan libido politik yangtak tertahankan. Mereka bertiga hanya ingin mencari ilmu tanpa harus memikirkan sertifikat yang menandakan mereka lulus sebagai kader tingkat 2. Terkadang training ini hanya menjadi aktifitas ritual yang kemudian tersusupi oleh kepentingan pribadi untuk jabatan tertentu. Terlebih 2 bulan lagi akan ada perhelatan politik skala nasional dalam tubuh organisasi ini.
Mereka saban pagi mengaji dan menghafal ayat Al Qur’an barangkali itu yang membuat spiritual mereka kuat dan terasah dengan keadaan mereka.
Ketua pelaksana ternyata sudah mengamati ketiga orang ini dari awal sampai akhir. Dan mereka dinyatakan boleh mengikuti training dengan syarat tidak boleh melakukan hal yang sama dilain waktu—mengabaikan perlengkapan persyaratan administrasi. Kadang keputusan terhadap masalah bukan hanya soal benar dan salah. Tapi juga soal cara berkeinginan. Keputusan dan keinginan menjadi 2 hal yang saling berhadapan jika sudah berada dalam aturan yang mengikat. Aturan hanya akan menjadi arca jika hanya meletakannya sebagai firman yang haram digugat.

Semoga mereka menjadi martir perubahan jika sudah kembali ke daerahnya. Salam dari Jogja..

0 comments: