Balada Madu Air Hangat



Manis!

Menyembur disela-sela kerongkongan. Berlari dengan hangatnya air. Menusuk sela paru-paru. Damai, terasa. Sungguh!. Seperti ada kekuatan gaib yang mengeluarkan cucuran keringat. Barangkali, inilah satu khasiat mengapa Nabi bagitu suka minum madu campur air hangat—madu, obat segala macam penyakit.

Kekuatan madu air hangat bukan hanya mengungatkan badan. Melainkan mengungatkan niat. Tahukah kalian bahwa orang jatuh cinta, buah pare serasa madu. Kekuatan madu air hangat mengungatkan aku berpuasa seharian hanya karena puasa ditemani kekasihku—alamak! Cintaku begitu genit.

Perjalanan spiritual kaum arjuna, terlalu gila. Hawa begitu kuat jadi mesin pendorong kala ke-shalihah-an menawarkan sejuta makna. Menemui Tuhan dengan cara jalan cinta bertangga pelajaran. Aih, masih maukah Tuhan menerima kedatangan kaum durjana. Sedangkan hatinya masih terlilit pada kerudung putih kaum hawa. Ogh, Tuhan begitu sejuk menusuk dada. Ajaran agama begitu nikmat disentuh. Dahulu, mengapa aku lupa!

Aku teringat pada film Rhoma Irama. Saat scine yang menggambarkan Yati Oktavia yang membawakan telur bercampur madu ke tahanan Bang Rhoma yang sedang dihukum. Sialnya, bungkus minuman telur bercampur madu itu harus pecah. Dan Bang Rhoma mengaisnya dengan kain. Hasilnya, bang Rhoma jadi heroik. Hebat!

Kekasihku, anggaplah aku mencintaimu seperti madu air hangat. Tak pernah mau bercampur sebelum teraduk. Biarlah, semuanya mengendap seperti apa adanya. Tertahan oleh molekul yang sulit terurai. Menunggu waktu yang tepat untuk adukan pertama akan sebuah kelengkapan. Air tak akan manis dan madu tak akan hangat—saling membutuhkan satu sama lain. Bersabarkan sebelum Tuhan mengaduknya—kau halal untukku dan aku halal untukmu.


—Raka—
sedang menunggu pagi untuk puasa sunnah,
bersama kekasihnya
sahur ; Madu air hangat, manis!


2 comments:

Nandria mengatakan...

Sungguh Dahsyat "menunggu" dengan penuh kesabaran dan keikhlasan, karnanya melahirkan berjuta kreasi dan inofasi..
Hanya dengan yang halallah semuanya akan indah..

Anonim mengatakan...

Berkarya itu meski kadang dianggap tidak penting itu indah. biarkan semua bermuara pada lautan rindu yang tak dipunyai banyak orang. semua akan menemukan jalan untuk pulang dan pergi kembali.

Makasih ya Nandria sudah rajin main ke Blog [ala kadarnya ini];)