Tak perlu kita bicarakan tentang masa lalu yang malah menguliti kembali perasaan kita berdua—biarkan itu menjadi bagian hidup untuk dipelajari dan diperbaiki. Sebab kedepan dunia penuh dengan ragam kejutan yang barangkali kita berdua tak mengetahuinya. Ya, seperti yang pernah kita bicarakan sebelumnya hidup memang memerlukan pemahaman dan pemaknaan kembali terhadap diri. Dan saat ini kita hanya mampu berdiri ditepian hati untuk bisa berjalan selangkah demi selangkah untuk sampai kepusaran hati yang paling dalam—Menyeberangi lorong-lorong nafsu yang gelap, tebing-tebing keraguan, kerikil ego yang menimbung dan labirin curiga yang tak kunjung usai.
Tarnyata, Memahami kebaikan dalam sudut pandang berbeda. Yang kamu ambil untuk bisa mengingatkanku yang kadang letih dengan perjalanan ini—Hingga pada akhirnya aku harus mengakui bahwa segala inspirasi yang meletup tiba-tiba dalam pikiranku. Tak lain obor cintamu yang kian hari kemarin yang tak aku mengerti. Kita selalu berangkat dalam ketidaktahuan—dan kembali terjebak dalam labirin rindu kebaikan sebagai petunjuk. Kita masih terus belajar dan belajar—tentang segala yang tak kita ketahui dan bertemu dijalan pemahaman bersama.
-Jeda-
Kekasihku, terima kasih kamu telah bersedia menjadi ibu bagi keturunanku. Mempersilahkan rahimmu yang suci untuk sekedar menempatkan amanat Tuhan. Seseorang yang akan memanggilmu “Bunda”. Orang tua kebanggaan bagi keturunan kita. Saban hari bibir madumu menyirami harinya mereka meski hanya untuk mengucapkan “selamat pagi dan jangan nakal”. Hari-hari kita banyak dihabiskan untuk membesarkan sang pangeran dan tuan putri—Pendekar kita berdua. Meski kadang mereka cemburu pada kita berdua hanya untuk mencari perhatian yang lebih.
Kamu masih saja menjadi kekasihku sama seperti dahulu. Namun, sekarang kamu bukan lagi pacar yang selalu memintaku membacakan puisi dilelap tidurmu. Melainkan seorang pasangan hidup yang memintaku untuk melantunkan firman Tuhan direlung hatimu yang paling dalam—agar berdetak selalu rasa syukur kita berdua. Menumpahi perjalanan kedepan dengan seluruh kebaikan yang kita miliki—secekil apapun dan dalam bentuk apapun.
Istriku, saat ini anak kita sudah besar. Kita berdua sudah tak berdiri dalam tepian hati. Karena kita berdua sudah berada dalam pusaran hati yang terputuskan—tak ada ragu. Senyumanmu masih manis untuk selalu aku pandangi. Keputusan kita untuk mengambil keputusan dihari yang menentukan itu barangkali ada malaikat disebelah kita—kita yakin bahwa keputusan kita adalah untuk menjawab pertanyaan bagian tulang rusuk yang terpisah.
Sekarang aku sudah tak seperti dulu istriku yang manis. Usiaku sudah tak mampu dihitung oleh jemari lentikmu. Namun, Aku masih tetap mencintaimu—kamu masih sangat mencintaiku. Kerut melapang ditengah wajah seri yang dulu kita agungkan, tenaga yang terkuasakan, semangat yang terluapkan. Dan kini aku sudah duduk dan gampang lelah berjalan. Tak lagi bisa berlari dengan kencang dan bermain sepeda denganmu. Aku sudah tak bisa membawamu untuk berjalan mengelilingi kampung dipagi hari. Menemanimu memasak tempe didapur dikala pagi. Waktuku kian memburu untuk menyebarkan sedikit pengalaman hidup kita berdua—membesarkan jiwa untuk membesarkan orang lain melebihi kita sendiri—impian kita berdua. Tapi dari semua itu aku tak pernah melewatkan hari untuk sedikit tidak melihat senyummu yang nomor satu itu. Senyuman manis. Madu!
Sayang, hidup memang seperti kita membaca buku. Ada judul di halaman depan. Sesuatu yang menggambarkan segala apa yang tak kita ketahui, dengan siapa kita bertemu dan kapan semuanya akan terjadi—hanya saja inilah letak pemahaman dan persetujuan. Tanpa harus memperdulikan cibiran apakah sang judul bagus ataupun jelek, biasa atapun kontroversi—bahkan menarik ataupun tidak. Kita memang harus membuka halaman berikutnya tepatnya didaftar isi. Inilah letak agenda dan mimpi yang ingin kita bahas dan kita tafsirkan. Menjelaskankan secara sederhana untuk memahami ragam makna yang terkandung hingga kita pun mampu mengambil hikmah dari buku yang kita baca. Setelah itu ada Bab yang akan menjelaskan secara lebih detail—ada Bab satu, dua, tiga dan seterusnya. Inilah penjelasan dan alasan tentang mimpi dan harapan yang ingin kita bangun. Menulisnya dalam catatan kecil disudut buku untuk sekedar menandai apa yang harus kita ingat—petunjuk saat kita mulai tak tahu jalan pulang. Usai menelusuri Bab kita dihadirkan pada kondisi untuk menyimpulkan tentang yang apa yang kita mimpikan. Inilah inti dari gagasan yang kita baca—inti dari impian kita. Tak perlu banyak halaman dan penjelasan tapi mampu menjelaskan secara keseluruhan. Daftar pustaka-lah yang mengajarkan tentang segala isi yang terkandung—belajar untuk mengambil arti, mengutip bahkan meminta petunjuk pada orang yang lebih banyak pengalamannya tanpa ragu dan sungkan. Inilah pelajaran orang tua yang mewasiatkan ragam manis dan getirnya menjalani hidup. Tak apalah kita melipat sebuah halaman—atau bahkan membuatnya lusuh seisi buku. Setidaknya kita bisa memaknai bahwa membaca kehidupan sebuah keniscayaan.
-Jeda-
Anakku. Kamulah harta terbaik yang kami miliki—harapan besar ayah dan bunda. Sekarang kamu sudah besar dan mampu berjalan dengan cepat tanpa harus kami papah untuk sekedar melewati pagar depan rumah yang berjejer. Kala kamu sudah bisa cepat untuk berlari. Maka, berlarilah dengan cepat untuk mengejar impian-impianmu yang kian menjauh—sungguh sebenarnya hal itu sangatlah dekat hanya karena ada ketidaktahuan disampingmu. Janganlah engkau berhenti anakku untuk mengejarnya sebab lelahmu selalu menghasilkan bentuk lain dari harapanmu. Teruslah bermimpi untuk menjadi dirimu sendiri. Hingga engkau tak hanya dinilai dari rupa dan tingkahmu yang menganggun melainkan juga olah pikiranmu—begitu juga dirimu dalam menilai orang lain.
Anakku, Dunia semakin dewasa—atau bahkan kian menua. Seperti ayah dan bunda. Tapi mimpi tak pernah mengenal usia. Mimpi bentuk lain dari doa yang bermetamorfosa dalam diri hingga menghasilkan sebuah tenaga pendorong untuk menggapainya. Sedari dulu sampai sekarang terlalu susah untuk menjelaskan darimana datangnya tenaga itu—seperti misteri yang hanya mampu dikuliti dengan cara terus bermimpi. Teruslah bermimpi anakku—sesukamu tanpa harus memikirkan riak-riak yang memanggilmu dari kanan dan kiri. Bermimpi tentang apapun yang kamu inginkan.
Kedepan anakku. Seandainya kami tak bisa memberimu banyak keindahan tentang dunia—gemerlapnya kehidupan persinggahan ini. jaranglah kamu marah dan mendurhakai orang tuamu sebab sejauh itulah kami bisa memberikannya untukmu. Semua itu—bukan tujuan hidup yang ingin kami inginkan. Melainkan bagaimana memaknai dan memahami tentang kehidupan persinggahan ini. Sebagai sebuah bentuk kehidupan sementara tak perlu kita mengisi banyak perut dengan rasa kenyang—melainkan mengisi kebaikan untuk bekal kehidupan abadi usai persinggahan ini. Kami hanya sekedarnya memberimu pelajaran tentang mencari hidup—tapi kamu tak pernah kekurangan dalam memaknai kehidupan. Apapun yang terjadi kamulah permata hati kami, Anakku.
Anakku yang baik. Jangan pernah kamu merasa kenyang dalam mencari ilmu—petunjuk manusia dimuka bumi. Ilmu memang tak pernah ada ujung dan pangkalnya, selain ilmu itu sendiri. Kamulah harta, ilmu dan keturunan yang akan menyejukkan kami di alam lain—jika kami harus pergi ketempat yang jauh. Kami hanya menjalankan amanat Tuhan dan kami bangga kamu menjadi bagian dari hidup dan permata hati kami. Ayah dan bundamu.
-Tanpa Jeda-
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada kepada orang-orang yang sabar.
(QS. Al Baqarah : 155)
Tuhan, Ada sejuta misteri yang menyimpul di dunia yang Engkau ciptakan. Sesuatu yang menjadi pertanyaan dari setiap umat-Mu. Baik yang beriman ataupun yang tidak. Baik dan yang jahat. Patuh dan yang ingkar—semua bermuara pada sebuah kesimpulan bahwa tak akan pernah tahu apa yang terjadi di depan. Semuanya masih misteri Tuhan. Dan itu berada dikehendakMu sebagai hakim dan penguasa yang Agung.
Dari yang misteri inilah. Kami hanya ingin mensyukuri tentang ketiadaan dan keterbatasan. Semuanya ada ditangan kuasa-Mu. Hal yang menjadi otoritas-Mu yang sudah Engkau ketok sebagai sebuah hak veto-Mu sebelum kami ditempatkan dipermukaan bumi. Tak bisa kami menggugatnya sebab itulah hak veto. Semua hal yang Engkau ciptakan melalui hal yang tak biasa. Begitu juga dengan kami kaum manusia. Engkau memberikan kami otak untuk berfikir namun disisi yang lain Engkau berikan nafsu. Sesuatu yang kadang menghilangkan cara berikir. Manusia orang yang menggunakan pikirannya untuk kebaikan Engkau anggap lebih dari malaikat. Dan tak jarang diantara kami bahkan melebihi sikap binatang jika sudah menanggalkan alam pikirannya.
Sekiranya, rejeki, jodoh, kematian dan ragam perintahMu—yang hendak engkau hadiahkan sebagai jalan untuk memperbaiki kualitas diri. Maka jangan pernah Engkau jauhkan tangan-tangan kami untuk meraih. Biarlah yang halal membentang luas didepan mata. Sebab kami manyadari jalan kebaikan jauh lebih bermakna dihadapanMu. Jika pun kami sedikit nakal dalam beberapa hal terkait larangan-Mu. Maka, ampunilah kami dan semoga itu masih dalam bentuk kenakalan yang wajar—umatmu yang lupa dan salah.
Sebisa mungkin kami berusaha untuk tak pernah membuatmu cemburu Tuhan—sebab hal itu merupakan kecelakaan besar kami bagi kami, kaum manusia. Jalan yang akan membawa kami pada jurang kemurkaanMu. Ketidaktahuan kami ini sangatlah labil untuk dijelaskan—kemampuan kami hanya memohon tuntunan dalam segala hal yang mengantarkan semakin dekat denganMu. Rabbana Afrigh ‘Alainaa Shabran Wa Tawaffana Muslimin. Amin..
4 comments:
hikz hikz hikz....terharu, jadi membayangkan aku dikasih tulisan bukan hanya tulisan namun diberikan kenyataan sprti ini,,,huaaaa....
dan dia mengatakan "Tak perlu kita bicarakan tentang masa lalu yang malah menguliti kembali perasaan kita berdua—biarkan itu menjadi bagian hidup untuk dipelajari dan diperbaiki. Sebab kedepan dunia penuh dengan ragam kejutan yang barangkali kita berdua tak mengetahuinya. .........sungguh luar biasa.....tapi pada siapa juga tidak tau...hehehe
Suatu saat. semua orang akan menemukan dengan siapa ia akan berbajalan bersama menghabiskan malam untuk berbincang dan minum teh dipagi hari. barangkali sekarang lagi berkelahi dengan waktu.
dunia memang penuh kejutan bukan.he
semoga saja bukan hanya dengan orang beriman,karna orang beriman tak menjamin bisa menerima masa lalu yang ada,nah orang yang beriman luar biasa itu yang dibutuh,,,kan,,amin...
iman itu tumbuh dan berproses. keimanan yang luar biasa hanya bisa dimiliki orang yang ditinggikan derajatnya oleh Allah. seperti yang saya bilang "Tak perlu kita bicarakan tentang masa lalu yang malah menguliti kembali perasaan kita berdua—biarkan itu menjadi bagian hidup untuk dipelajari dan diperbaiki. Sebab kedepan dunia penuh dengan ragam kejutan yang barangkali kita berdua tak mengetahuinya."
semoga kamu secepatmya bisa menemukan siapa dan apa yang kamu cari. tanpa banyak harus berbicara tentang masa lalu. kita hidup dalam masa depan bukan masa lalu.
Posting Komentar