Anakku Khawla,
Sejak menjelang sahur pagi itu Bundamu aku lihat telah
sibuk memilah pakai untuk kami kenakan selama berada di rumah sakit. Dalam
masalah ini aku mengikuti saja apa yang telah menjadi hak veto Bundamu.
Seperti biasanya aku hanya menitip sarung dan kaos
seadanya, lainnya Bundamu yang memilih di tengah kondisi perutnya yang semakin
membesar. Ia tidak memilah bajumu, sebab seluruh bajumu jauh hari telah ia
masukkan ke dalam tas khusus—yang siap dibawa ketika kamu ingin keluar dari
alam rahim.
Siang harinya, selesai salat dhuhur. Aku dan Bundamu
menuju rumah sakit Duta Mulya. Sepanjang perjalanan aku lihat Bundamu terus
mengelus perutnya. Aku tahu itu bukan karena sakit, tetapi hanya ingin
memberitahumu bahwa semua akan baik-baik saja, sehingga kamu merasa nyaman,
tenang, dan selamat.
Setibanya di rumah sakit. Aku mengurusi seluruh persiapan
administrasi, sementara Bundamu duduk di pojok ruang pemeriksaan sambil menjaga
jarak dengan para pasien lain, karena masih berlakunya pandemic Covid-19. Aku pun
harus berbuka puasa di rumah sakit agar tetap selalu mendampingi Bundamu.
“Enak?” tanya bundamu tiba-tiba. Aku menghentikan langkah
suapan makan.
“Iya..” aku menjawab lirih.
“Kenapa?”
“Senang melihat Ayah makan begitu” ucap bundamu. Aku pun
makan semakin lahap.
Berdasarkan hasil observasi dokter malam itu. Persalinan
kelahiranmu akan dilakukan dengan operasi sesar dengan mengikuti bekas sayatan
operasi sesar kelahiran kakakmu, Luna. Aku tahu Bundamu lebih siap dengan
kondisi apapun. Aku hanya mengikuti apa saja, sepanjang membuat semuanya
nyaman, sehat, dan selamat.
Jadi, malam itu kami menginap di rumah sakit, sebab
jadwal kelahiranmu telah dijadwalkan keesokan harinya. Ternyata Bundamu
mengalami Hb (hemoglobin) rendah dan harus dilakukan penambahan darah
untuk mengantisipasi terjadinya pendarahan yang berakibat vatal terhadapmu dan nyawa Bundamu.
Kali ini aku baru mendengar bundamu mengeluh saat
transfusi darah. Katanya, sakit campur ngelu, apalagi pada saat mampet. Aku
mencoba menenangkan sebisa yang aku lakukan, hingga ia tertidur pulas.
Pagi harinya aku sengaja mandi lebih pagi dan memakai
kemeja yang pernah dibelikan oleh Bundamu. Bundamu bertanya mengapa aku memakai
baju kemeja, sementara ia telah membawakan kaos di dalam ransel.
“Kita akan kedatangan tamu agung” jawabku mantab. Inilah
perbincangan sebelum Bundamu memasuki ruang operasi.
Usai Bundamu dibawa oleh perawat ke ruangan operasi. Aku
menunggu di depan pintu kelar ruang operasi dengan penuh harap dan cemas yang
bercampur menjadi satu. Aku hanya terus berdoa agar semua sesuai dengan harapan
bersama. Sekitar satu jam kemudian, tepatnya pada tanggal 25 April 2021 jam
10.59 kamu lahir dengan berat badan 3,3 dan panjang 50.
Kamu kamu keluar pertama dari ruang operasi. Waktu kamu
tidak langsung menangis dan hanya tersenyum sambal mengecap bibir. Seorang
perawat meminta agar kamu dibawa ke dalam kamar sembari Bundamu selesai. Aku
yang baru bersujud syukur kembali waswas dengan keadaan Bundamu.
Sekitar setengah jam aku harus mengalami campur aduk rasa
bahagia dan rasa was-was, hingga Bundamu datang menghampiri kita berdua dengan
rasa penuh haru. Ia kemudian memelukmu, menciummu, memperkenalkanmu, dan memintamu
agar memanggilnya Bunda. Memintamu agar memanggilku Ayah. Memintamu agar kamu
mengenal kakakmu. Semuanya…
Kami telah sepakat memberimu nama Khawla Raushani
Makhadi. Dan hari ini, usiamu telah empat tahun. Selamat milad anakku, Khawla.
Ayah, Bunda, dan Kakak selalu bangga kepadamu.
0 comments:
Posting Komentar