Sedari kecil saya tidak pernah bercita-cita menjadi dosen. Sebab cita-cita dan pikiran saya sedari dulu hanya ingin menjadi wirausahawan. Namun, setelah kuliah S-1 entah mengapa saya mulai mengalami ketertarikan untuk menjadi dosen–itu berkat organisasi yang saya ikuti yang mengharuskan saya terbiasa mengisi training perkaderan. Dan di samping itu, saya pernah diminta mewakili tempat kerja saya untuk mengampu matakuliah “filantropi Islam” di kampus saya kuliah, sekalipun hanya satu semester.
“Kayaknya asik ini jadi dosen” pikir saya waktu itu. Maka, saya pun memutuskan untuk melanjutkan studi magister secara lebih serius. Dan benar saja, setelah saya diwisuda hari Sabtu, kemudian pada hari Senin ada lowongan dosen di Prodi Hukum Ekonomi Syariah Universitas Muhammadiyah Purwokerto dengan sigap saya dan mendaftar mengikuti seluruh rangkaian seleksinya.
Alhamdulillah, saya pun diterima sebagai dosen dan mendapatkan surat tugas untuk mengantor pada tanggal 20 Maret 2014. Kerennya lagi, saya diterima sebagai dosen dua bulan sebelum saya melaksanakan hari pernikahan (tentang ini saya tulis dalam buku saya: Rumah Tangga Paruh Waktu Cinta Penuh Waktu). Saya bahagia menjalani dan membersamai Prodi, mahasiswa, dan rekan-rekan selama di Prodi Hes Ump dimana saya bernaung.
Tak lama saya diterima menjadi dosen. Saya langsung terlibat dalam kegiatan akreditasi Prodi untuk pertama kalinya, sebab prodi ini baru berdiri pada tahun 2011. Lazimnya, para dosen muda, saya harus belajar dan bekerja lebih giat untuk mengerjakan apa saja yang diperlukan dalam akreditasi–bahkan kegiatan lembur sampai malam bersama dengan rekan-rekan prodi pun menjadi hal biasa. Namun, persoalan pun timbul pada malam hari jelang visitasi–saat itu Purwokerto mengalami hujan lebih yang menyebabkan drainase dekat fakultas tidak mampu menampung debit kerasnya air. Alhasil air bah tersebut memasuki ruangan sekalipun hanya semata kaki, namun hal itu menyebabkan tim task force yang rumahnya dekat dengan kampus harus merapat ke kampus untuk menyalamatkan dokumen akreditasi.
Proses akreditasi Prodi HES pun berjalan dengan lancar dan mendapatkan hasil hasil “B”. Alhamdulillah, itu sudah sangat bagus untuk prodi yang baru pertama mengajukan terakreditasi, sebab kerjasama tim dan pimpinan fakultas serta universitas membuahkan hasil yang diinginkan. Tetapi, persoalan lain pun timbul–manakala tiga orang dosen dari Prodi HES harus pindah tugas ke Prodi lain. Maka, tersisalah saya dengan Pak Encep, sekalipun tidak lama setelah itu bergabunglah Bu Safitri dan Bu Isti. Dari keempat orang inilah kami pun menyusun strategi untuk meningkatkan akreditasi sebagai salah satu indikator pengelolaan Prodi itu berkualitas atau tidak. Maka, pada tahun 2019 kami pun melakukan kerja-kerja lebih serius dari sebelumnya untuk mengejar akreditasi “A”, sebab berdasarkan asesmen awal prodi oleh tim Universitas kami mampu meningkatkan peringkat akreditasi.
Maka bersamaan dengan itupula, kami pun harus menyusun dua Borang akreditasi sekaligus yaitu borang akreditasi Prodi HES dan Prodi PAI S-1 yang hanya selisih dua bulan saja. Nah! tampaknya, persoalan Prodi saya bernaung memang kerap akrab dengan persoalan eksternal, saya terkena syaraf kejepit sehingga mengalami keterbatasan untuk bisa mengerjakan dan menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu. Saya harus membagi waktu untuk jadwal terapi ke rumah sakit sebanyak tiga kali sepekan selama tiga bulan berturut. Dan tidak lama setelah itu datanglah gelombang Pandemi Covid-19 menyerang, sehingga memberikan batasan untuk melakukan interaksi secara langsung.
Di tengah-tengah suasana Pandemi itu. Kami mampu mengerjakan dua borang dan dokumen akreditasi secara tepat waktu dan melaksakan asesmen lapangan secara daring. Alhamdulillah, Prodi HES mendapatkan akreditasi “A”, begitupula dengan PAI S-1 juga terakreditasi A–bahkan mendapatkan skor nilai tertinggi di Universitas. Kami semua mensyukurinya dengan hati yang mendalam dan penuh dengan perlindungan oleh Allah Swt.
Beberapa bulan setelah keluarnya akreditasi A tersebut, kami diminta oleh Universitas untuk mengajukan Instrument Suplemen Konversi (ISK) supaya dapat terkonversi menjadi “Unggul”. Berhubung saya yang ditunjuk menjadi ketua tim dan merupakan tupoksi saya di Fakultas, maka saya pun membentuk tim kecil sebanyak tiga orang untuk masing Prodi dengan masa kerja hanya tiga pekan. Alhamdulillah tim kecil ini bekerja secara progresif dan tidak mengenal waktu, sehingga dokumen ISK diajukan dan akreditasi A pun terkonversi “Unggul”.
Bagaimana pun Prodi HES membutuhkan tambahan tim dengan semakin bertambahnya mahasiswa. Maka, pada tahun kemarin bergabunglah satu orang dosen yaitu Mbak Anda yang lulusan Taiwan. Kami pun mengamati diri kami sendiri–yang tidak ubahnya mirip Power Rangers. Ohya, apa yang saya tulis panjang ini adalah bagian untuk mengenang Milad Prodi HES UMP yang telah mencapai 13 tahun. Meminjam gium para mahasiswa kami “Ora HES, Ora Yes!”
Selamat Prodi HES UMP ke-13 tahun.
(14 Januari 2011-14 Januari 2024)
1 comments:
keren sekali para dosen kitaš¤©
Posting Komentar