Beberapa waktu lalu Luna merengek ingin ikut saya ke kampus. Bahkan ia menyampaikan berkali-kali sebelum tidur. Saya mengiyakan saja, karena kebetulan saya tidak ada jadwal kuliah pagi dan siangnya kuliahnya online.
Esok paginya setelah saya menyalakan motor dan Luna sudah posisi membonceng. Secara tiba-tiba, Khawla lari dari kamar sambari menangis histeris meminta untuk ikut. Saya pun memberitahunya supaya tidak perlu ikut karena naik motor. Namun, Khawla tetap saja bersikeras untuk ikut.
"Ikutt.. Ikutt.." Khawla pun tetap memaksa.
Saya pun mengalah dan membawa keduanya ke kampus. Ini kali kedua mereka ikut saya bekerja. Sebelumnya bersama istri sewaktu Khawla masih merangkak.
Setiba di kampus sesuai dengan dugaan saya. Mareka berdua membajak komputer kerja untuk nonton Youtube. Saya pun mengikhlaskan saja dan mengganti kursinya dengan yang lebih kecil. Saya pun masih bisa bekerja dengan berbagai kepolahan mereka berdua.
Persoalan pun timbul. Beberapa saat kemudian Khawla minta buang air besar. Tentu saja, tidak pernah terlintas dalam pikiran saya ada popok bayi dalam tas ransel kerja saya. Saya pun membuka ransel dan ternyata istri saya menyelipkan satu popok. Seakan hal ini bakal kejadian.
Ya, mau gimana lagi. Saya pun tetap harus "nyeboki" dan memasangkan popok. Beberapa rekan dan mahasiswa meledek saya karena tidak biasanya saya membawa anak bekerja. Terlebih saya seorang ayah dan suami paruh waktu yang terlipat jarak hampir seratus kilometer.
Membawa anak ke tempat kerja dapat memberikan pelajaran, pemahaman, dan pengertian mengenai profesi atau pekerjaan orang tuanya, sebab dengan demikian seorang anak akan lebih mengetahui dan mengerti bahwa orang tuanya berjuang sepenuh jiwa dan raga agar anak dan seluruh anggota keluarga terlindungi kebutuhan dan masa depannya, baik materi dan non-materi.
0 comments:
Posting Komentar