Surat dari Luna

Kemarin pagi sebelum saya berangkat ke Purwokerto. Luna menghampiri saya waktu saya sedang memasukkan laptop ke dalam ransel. 


"Ayah, jangan lupa bawa surat Luna". Pinta Luna gelendotan di kaki saya. 


Surat itu dikasih Luna waktu saya sedang mau berangkat trawih. Saya pun menaruhnya di meja tanpa melihat apa isinya. Ia membuat surat itu selesai berbuka puasa di kamar mertua saya bersama istri dan adiknya: Khawla.


"Ohya, Ayah bawa kerja ya?" tanya saya.


"Iya dibawa.." jawab Luna singkat.


Saya pun memasukkan ke dalam ransel, sebab saya buru-buru harus berangkat karena matahari telah mulai menampakkan diri. Saya pun berpamitan untuk berangkat ke Purwokerto. Dan kami pun harus kembali melipat jarak puluhan kilometer yang tahun ini telah memasuki tahun kedelapan.


Siang harinya setelah setibanya di kampus, saya baru bisa membuka surat yang diberikan Luna. Surat beramplop hitam, kucel, dan warna yang telah kabur itu agaknya bekas mainan kertasnya. Dalam amplop itu berisi ketas kecil warna putih empat persegi bertuliskan :


"Ayah 💓💓" 


Membaca isi surat Luna itu seketika saya langsung tersenyum. Senyum bercampur senang, haru, dan rasa bangga. Sebab Luna telah mampu memberikan ekspresi perasaannya kepada saya. Barangkali, Luna belum mengerti apa yang dimaksud gambar hati itu, sebab yang ia tahu bahwa gambar dua hati merupakan ekspresi cinta Luna kepada saya. 


Konon kabarnya cinta pertama seorang anak perempuan adalah Ayahnya 😊





0 komentar: