Rasanya sudah tidak terhitung orang yang bertanya: mengapa saya dan istri masih menjalani hubungan jarak jauh hingga saat ini. Pertanyaan itu selalu saya jawab ini kami lakukan karena satu alasan yakni orang tua. Istri saya anak terakhir dan semua saudara-saudaranya telah berkeluarga jauh sebelum kami menikah.
Sewaktu saya bertunangan alias tujuh bulan
sebelum pernikahan ada permintaan dari mertua bila telah menikah saya harus
tinggal bersama mertua. Mereka ingin di masa tuanya ditemani anak-anaknya wabil
khusus istri saya. Barangkali, mereka cukup khawatir dikarenakan saya masih
menetap di Jogja dan tidak menutup kemungkinan istri saya di bawa ke Jogja.
"Sambil jalan saja, Pak, Bu" jawab
saya.
Terus terang waktu itu saya tidak memiliki
jawaban pasti. Sebab kalau saya bilang "tidak" bakal ditolak lamaran
saya, kalau bilang "iya" banyak pertanyaan bekelindan dalam pikiran
saya: kerja apa saya di sini, jauh dari keluarga besar (Madura), hingga mana
ada sih seorang lelaki betah hidup bersama mertua.
Jelang dua bulan pernikahan, Allah memberikan
jawaban atas ucapan jawaban saya waktu lamaran. Saya diterima dosen di
Purwokerto (UMP) yang jaraknya 87 Km dari rumah mertua. Jarak yang tidak sejauh
Jogja dan Madura.
Hingga saat ini mertua saya masih selalu
berharap agar saya tinggal serumah. Sementara saya tetap dengan jawaban saya
"sambil jalan". Apalagi, saya kepala keluarga yang harus memikirkan
baik-baik sandang, papan, dan pangan kepada istri dan anak-anak. Beruntung
istri saya sangat memahami pikiran saya maupun kewajiban kami masing-masing.
Bahkan bisa dibilang istri saya yang menggantikan posisi-posisi saya bila tidak
di rumah mertua, tetap bekerja dan mengurus anak-anak.
Dilema itu tidak hanya dirasakan saya. Tetapi,
juga istri saya. Ia juga ingin hidup bersama di rumah mungil kami di Purwokerto
dan mendampingi saya setiap waktu sebagaimana lazimnya keluarga banyak orang.
Apalagi, anak-anak kami semakin tumbuh besar. Namun, semua itu rasanya
sementara ini hanya kembali pada satu jawaban: jalani saja dulu. Sebab ini
semacam bukan pilihan, tetapi sebuah bakti yang harus dilakukan..
0 comments:
Posting Komentar