Lini Masa


Di suatu sore beberapa minggu yang lalu...
"Ini foto kita saat lamaran dulu" ucap istri saya tadi sore waktu kami sedang bersama di tempat favorit kami. Saya pun melihat foto yang terpampang di lini masa isteri saya tersebut tertanggal 4 September 2013.
"Apa perlu kita merayakannya, Nda?" Tanya saya sambil menyodorkan kembali handphone istri saya.
"Tidak perlu Yah. Kan kita sudah merayakannya tiap saat. Berdoa" jawab istri saya yang kembali menyuapi makan Luna.
Terus terang. Foto itu mengingatkan saya saat dimana seorang laki tidak memiliki pekerjaan tetap, usaha catering dan dagang yang mulai gulung tikar, tabungan mengering, dan mahasiswa pasca sarjana yang berburu sidang kelulusan.
Namun, agaknya istri saya memaklumi kondisi tersebut. Meski sebagian besar rekan kerjanya suka mencari laki-laki plat merah atau setidaknya sesama bankir. Tentu, saya diterima bukan tanpa syarat. Saya harus menerima pakem anak ragil perempuan jawa--tinggal bareng mertua. Itu benar-benar situasi yang cukup rumit bagi saya.
Alhamdulillah. Allah yang Maha romantis. Selalu memberikan jalan terbaik dengan serangkaian kejutan yang tidak pernah disangka-sangka. Sendi perekonomian saya pun perlahan membaik dan karir yang stabil meski tanpa harus berdesakan di kota metropolitan. Namun, jauh dari itu semua adalah kehadiran putri kami--Revoluna Azalia Makhadi. Yang mampu memberi banyak perubahan yang dicintai Tuhan kepada keluarga kami. Kami hanya perlu banyak mensyukurinya.
Dalam tiap lini masa. Kita akan selalu dikejutkan dengan peristiwa yang tidak disangka-sangka. 
... Karena Allah itu, Maha romantis.

0 comments: