Tiap kali saya mengakhiri pertemuan perkuliahan. Saya selalu berusaha memberikan evaluasi kepada mahasiswa terkait cara saya mengajar. Lembar evaluasi itu hanya kertas kosong yang sebelumnya sudah saya sediakan--atau saya meminta mahasiswa menulisnya dikertas buku tulis yang kosong. Jadi, tidak ada format khusus atau arahan khusus bagaimana mereka mengevaluasi saya. Intinya, semua tentang selama saya belajar bersama mereka. Bisa mulai dari penyediaan materi kuliah, alat penujang materi kuliah, hingga bagaimana cara mengajar di kalas.
Saya memberi kebebasan bagi mereka untuk menuangkan perasaan mereka kepada saya--tentang proses perkuliahan. Sebab, saya secara pribadi masih kurang puas dengan sistem penilaian mereka pada saat mengevaluasi dosen--saat entry matakuliah atau hendak melihat nilai akhir mereka usai ujian akhir, sebagaimana telah disediakan oleh pihak kampus. Bisa jadi, mereka mengisi angket tertutup penilaian tersebut secara terburu-buru agar dapat segera mengetahui nilai IPK mereka.
Tiap kali saya meminta evaluasi--saya selalu berharap adanya kritik terhadap saya. Sebab dari itu saya bisa mengetahui kelemahan saya dari perspektif orang lain. Itu sebabnya saya selalu meminta agar mereka untuk tidak memberikan nama pada lembar evaluasi yang mereka tulis. Tujuannya, agar mereka bisa menuliskannya secara jujur dan apa adanya, tanpa rasa sungkan atau takut. Barangkali, dengan cara sederhana seperti ini--saya bisa mendapatkan feedback terhadap apa yang saya lakukan--selama menjadi seorang tenaga pengajar.
Asik. Tapi, dengan keasyikannya itu membuat saya kurang fokus untuk memahami makul yang disampaikan karena kurang fokus. Penyampaiannya masuk. Tapi, mungkin kitanya yang selalu bercanda jadi kurang paham akan materi yang disampaikan.
Yang baik: dalam memberikan nilai bagus, cara mengajarnya bagus dan tidak membosankan. Orangnya enakan. Selalu banyak ide. Yang buruk: hanya menunjuk anak-anak itu saja. Dalam memberikan materi jangan terlalu kebanyakan cerita. Tidak memberikan tugas. Orangnya pilih kasih.
Menurut saya. Ketika mengajar kadang memberi efek mengantuk. Sebab metode yang digunakan itu seperti ceramah, sehingga banyak mahasiswa yang terlalu menyepelekan matakuliahnya. Kemudian, sebenarnya ide-ide yang ada itu bagus-bagus dan mampu memajukan. Tapi, kadang terlalu banyak ide.
Baik: bapak ngajarnya menyenangkan. Bapak asik buat sharing. Kurang : terlalu kebanyakan curhatnya. Bapak jarang kasih tugas.
Menurut saya bapak itu orangnya baik. Akrab kepada mahasiswa. Tetapi, bapak biasanya cuma menunjuk atau memandang kepada anak-anak itu saja. Misalnya, yang aktif, sedangkan yang anak biasa-biasa saja dicuekin.
Alhamdulillah, selama bapak mengajar kami sangatlah tidak membosankan, banyak humor, dan sabar menangani kami. Walaupun kami kurang fokus dalam mengikuti makul bapak. Tapi, dengan sabar dan murah senyum bapak, Insya Allah kami pelajari dengan baik. Hal yang tidak disukai terkadang bapak suka nyeplos dngan bahasa yang tidak disukai/kurang menyenangkan hati,
Baiknya: tidak membosankan karena ada guyonannya. Care dengan mahasiswa. Buruknya: dalam memberikan materi terlalu cepat, kadang loncat-loncat. Dalam memberikan nilai kepada mahasiswa kadang sama rata--antara mahasiswa yang suka bolos atau telat.
Kritik: ngajarnya santai, Rileks. Saran : sebaiknya sih, mahasiswa presentasi karena terus terang saya selama ini dididik anda tidak terlalu jelas. Kalau bisa menerangkannya jangan terlalu cepat.
Pak Makhrus itu: asik, kekinian, gak ngebosenin, akrab, gak sombong. Kritik dan saran: selalu dekat sama mahasiswanya dan selalu akrab.
Kritik: bapak orangnya baik, cuma ngajarnya kelamaan pak. Jadi kadang ngantuk.
Kritik: kurang jelas dalam menerangkan materi. Terlalu cepat dalam menyampaikan materi. Saran: upayakan agar mahasiswa paham satu demi satu materi sebelum melanjutkan pada materi berikutnya.
Kalau mengajar kadang bikin ngantuk, kadang tidak. Kalau ngajar mudengin. Kalau ngajar jangan ngantukin dan kuliahnya jangan siang-siang. Kasihan bapak mengajar mahasiswanya pada ngantuk.
Kritik: terlalu cepat berbicara/menyampaikan materi, kurang tegas, bikin ngantuk, kebanyakan duduk. Saran : agar lebih menyenangkan jangan terlalu cepat menyampaikan materi.
Suasana perkuliahan yang menyenangkan dan asik. Tapi, terkadang saya berpikir terlalu over, jadi buat mahasiswa terlalu lepas, sehingga terkesan tidak/kurang memahami apa yang disampaikan. Saya suka dengan sikap yang dekat dan terbuka kepada mahasiswa sehingga bisa menjadi tempat menceritakan segala keluh kesah buat mahasiwa. Terima kasih sudah membimbing kami sebagai dosen dan kawan buat kami.
Apa yang ditulis mahasiswa saya tersebut diatas hanyalah sebagai evaluasi terhadap saya. Artinya, saya dapat memperbaikinya untuk pertemuan perkuliahan semester berikutnya. Dan rasanya, saya memang tidak perlu memberikan pembelaan terhadap apa yang mereka tulis--termasuk terhadap belum yang sempat saya ketik diatas. Namun, terkait cara dan logat saya berucap yang terlalu cepat--barangkali, saya masih membutuhkan waktu untuk melambatkannya karena sudah terbawa sejak dari lahir. He!
Barangkali, upaya memperbaiki diri inilah yang harus saya lakukan--sembari terus mencari metode yang tepat bagaimana memberikan pemahaman terhadap seluruh matakuliah yang saya ampu--dan yang tidak kalah penting bagaimana saya terus mencari metode bahwa tidak semua mahasiswa memiliki sikap dan kemampuan intelektual yang sama satu sama lain. Sebab, bisa jadi metode atau cara saya mengajar selama ini masih didasarkan atas sudut pandang dan pemahaman saya terhadap mahasiswa, bukan dari mahasiswa itu sendiri sebagai obyek dan subyek dari sebuah proses pembelajaran. Begitulah! bagaimana pun dosen juga manusia--yang tidak luput dari kekurangan dan kesalahan.
Terima kasih, teman-teman telah berproses bersama selama ini.
Terima kasih, teman-teman telah berproses bersama selama ini.
0 comments:
Posting Komentar