Maafkan Aku Yang Dulu

Semua orang selalu memiliki masa lalunya sendiri. Entah, itu menyenangkan ataupun menyakitkan. Namun, biasanya yang bisa paling banyak membekas diantara kita adalah tragedi masa lalu--yang lebih banyak kurang menyenang. Apalagi, masa lalu tersebut berkaitan dengan persoalan asmara. Rumit!

Belakangan, tidak sedikit diantara kita--para nitizen. Secara guyonan ikut aktif dalam kampanye #DearMantan "Maafkan Aku Yang Dulu". Dalam kampanye tagar yang kemudian menjadi trending topic di beberapa media sosial ini menampilkan para nitizen yang memasang foto masa lalu dan saat ini secara beriringan. Tentu, hal tersebut harus diimbangi dengan perubahan fisik yang makin sedap dipandang. Tujuan hal tersebut adalah untuk memberikan rasa sesal terhadap mantan pacar--lebih-lebih bagi sang mantan pacar yang dulunya mutusin akibat kurang sedap secara penampilan. Kira-kira semacam telenovela Betty Lavea.

Barangkali, rasa sesal yang tak berkesudahan yang menjadi tujuan dari kampanye hashtag #DearMantan ini. Bisa dibayangkan misalnya, berpisah selama bertahun-tahun dengan sang mantan. Namun, secara tiba-tiba ia datang dalam keadaan yang jauh lebih baik--dan tampil lebih sempurna dari sebelumnya--dalam istilah orang Madura sudah mandi ke hulu. Maka, mau tidak mau--memori masa lalu pun berputar sembari menyanyikan lagu penyesalan karena telah menyia-nyiakan atau meninggalkannya.

Ternyata, hal ini pun menjadi viral di media sosial dengan segala macam bentuknya. Adanya yang kemudian bentuk lelucun dalam beragam meme, meme para artis dulu dan sekarang, hingga menjadi beragam semacam kumpulan meme tentang maafkan aku yang dulu. Kita pun tidak bisa melarang beragam respon para nitizen tersebut. Sebab, dalam hukum kausalitas media sosal--semua orang dapat menyampaikan pendapat dan ekspresinya. Tentu, dengan catatan  dalam persoalan yang positif.

Saya sendiri pun melihat fenomena ini pun sebagai sebuah ekspresi. Dan barangkali, tidak akan bertahan lama--sama seperti ramenya hashtag yang sebelum-sebelumnya. Namun, hal yang dapat kita ambil sebagai pelajaran adalah bahwa setiap orang memiliki masa lalunya sendiri. Kita tidak bisa mengintervensi masa lalu seseorang--agar ia akan melupakan segala bentuk masa lalunya. Padahal, tidak jarang kita sendiri juga terkadang hidup dalam masa lalu--yang menyebabkan diri kadang susah move on. Anggaplah masa lalu sebagai proses dan pelajaran terbaik dalam hidup--meski tanpa harus dikenang terlalu lama.


0 comments: