Pertama kali, saya mengenal mertua saya. Waktu saya diultimatum oleh mantan pacar saya--istri saya, untuk segera datang ke rumahnya jika hubungan yang kami bina selama jelang setahun akan kandas dengan perjodohan. Maklum saja, meski hubungan kami nyaris setahun, namun pertemuan kami hanya dalam hitungan jari, pasca ia memutuskan diri untuk pulang kampung usai kuliahnya selesai. Saya di Jogja dan ia di Majenang.
"Hubungan itu ibarat kita bercocok tanam. Harus dirawat, dipupuk dan dijaga. Maka, untuk menjaganya kita harus memagarinya agar tidak ada hama tanaman atau orang lain mengambil apa yang kita tanam. Jika hubungan kalian serius, maka sebaiknya segera langsungkan proses lamaran. Terserah nikahnya kapan dan sesesiap kalian, hanya mungkin tidak perlu lama. Jadi, melamar anak perempuan itu sama dengan kita bercocok tanam tadi, biar tidak ada orang lain yang masuk untuk mengambil, apalagi mengganggunya" kira-kira, kata-kata itulah yang saya masih ingat yang disampaikan oleh mertua saya bapak Achmad Abdul Azis.
Kira-kira, selang dua bulan pasca kejadian tersebut. Sekitar bulan September 2013, saya pun melamar pacar saya tersebut dengan membawa anggota keluarga saya dari Madura. Namun, pada saat itu ada sesuatu yang berbeda dengan mertua saya. Beliau sedikit lebih pucat dan lemas dikarenakan selang beberapa hari sebelumnya beliau di rawat di rumah sakit. Maka, bulan pernikahan pun ditentukan seketika itu juga, sekalipun belum ada tanggal fixednya. Tepat pada tanggal 30 Mei 2014. Saya dan mantan pacar saya tersebut menikah.
Setelah itu, kesehatan bapak pun terus menurun, termasuk berat badanya yang menurun secara drastis. Bapak telah divonis gagal ginjal dan harus menjalani perawatan cuci darah seminggu dua kali. Tentu saja, hal tersebut bukan sesuatu yang mudah diterima oleh bapak. Maka, diawal-awal sakitnya, seluruh anggota keluarga menyembunyikan penyakit bapak tersebut agar kesehatannya tidak terus menurun. Namun, lambat laun, bapak pun mengetahuinya, sampai akhirnya bapak pun meninggal dunia pada hari Ahad, 27 Maret 2016 jam 03.30. dengan kondisi kesehatan yang terus menurun. Beliau meninggal ditanggal kelahiran anak saya Luna dan bulan tanggal lahir saya,. Barangkali, tidak ada salahnya, saya dulu minta izin menyisipkan nama bapak, ibu mertua dan istri saya pada anak saya Luna (Revoluna Azalia Makhadi). Ya! AZALIA gabungan dari Achmad Abdul Aziz, Siti Zaenab dan Zulaekha Letari Putri.
Kadang-kadang, meski dalam keadaan kritis. Bapak selalu berusaha mengingatkan kami, para anak dan menantunya. Bahkan secara pribadi bapak tidak jarang mengajari saya banyak hal, bersosialisasi untuk mengakrabkan diri dengan warga sekitar. Termasuk menggantikan jadual ceramah bapak. Sebuah kehormatan terbesar dalam hidup saya dapat bergabung dengan keluarga besar bapak Achmad Abdul Aziz
Kadang-kadang, meski dalam keadaan kritis. Bapak selalu berusaha mengingatkan kami, para anak dan menantunya. Bahkan secara pribadi bapak tidak jarang mengajari saya banyak hal, bersosialisasi untuk mengakrabkan diri dengan warga sekitar. Termasuk menggantikan jadual ceramah bapak. Sebuah kehormatan terbesar dalam hidup saya dapat bergabung dengan keluarga besar bapak Achmad Abdul Aziz
Azalia yang berarti yang dilindungi Tuhan. Semoga bapak khusnul khotimah. Selalu dalam lindungan Allah, Tuhan semesta alam. Amien YRA.
0 comments:
Posting Komentar