Tema peringatan HUT RI Ke-70 tahun kali ini
bernama 'Ayo Kerja'. Sebuah tema yang sekaligus ajakan kepada masyarakat
Indonesia untuk bekerja. Begitu pula dengan petani garam di Pamekasan
Madura yang tiap harinya dihabiskan bekerja dihamparan air garam yang
digiring dari tengah laut. Bahkan untuk biaya tani garam rata-rata
menghabiskan dana sekitar Rp. 22 juta.
Semangat kerja mereka, semata-mata bukan untuk memeriahkan tema
'agustusan' dan mendapatkan keuntungan dari panen garam yang mereka
kerjakan. Melainkan turut mensukseskan swasembada garam nasional tahun
2030. Dan tentunya, untuk memenuhi kebutuhan garam yang nasional saat
ini. Dimana garam di negeri ini 60% dipasok dari Madura.
Persoalan berikutnya adalah harga garam yang malah hanya Rp. 750/kilo.
Dan adanya impor garam dari Australia, China dan India semakin
memperparah luka rugi kaum petani garam yang alasannya untuk memenuhi
kebutuhan garam nasional. Bisa dibayangkan bagaimana kucuran keringat
dan keikhlasan mereka (petani garam) dalam mendorong mewujudkan
swasembada garam dibalas dengan tidak sebadan, akibat rente keuntungan
segelintir orang dari fee impor garam. Ah! Kesal rasanya melihat
persoalan ini. Namun, tetap saja semua keputusan publik akan
diselesaikan lebih cepat oleh pejabat publik.
Nah! Buat kita nih: bayangkan jika petani garam mogok sama halnya dengan
pedagang daging sapi dan ayam. Sayur bening pasti tidak ada rasanya,
bukan? Semua jadi hambar:-)
Mari peduli petani..
0 comments:
Posting Komentar