Jika kita mendatangi tempat
dimana kita pernah menyeyam pengalaman dan perjalanan tertentu. Secara alamiah
pikiran kita akan berputar kemasa dimana pengalaan dan perjalanan itu terjadi.
Barangkali, kita lebih mengenalnya sebagai kenangan. Entah, menyenangkan atau
menyedihkan. Putaran pikiran itu semacam tidak memiliki perasaan—apakah kita
menyukainya atau tidak. Ia berputar dengan semaunya, sesuai daya ingatnya yang
ditampungnya.
Membincangkan soal kenangan.
Kini, tiap kali ke Jogja, saya selalu terbayang motor saya yang hilang digondol
maling. Motor yang bagi saya bukan sekadar kendaraan untuk membantu mobilitas
sejak menjadi mahasiswa S1, S2 dan bekerja. Tapi, lebih pada rentetan proses
perjalanan hidup saya. Saya memilikinya dengan keadaan saya yang tidak punya
apa-apa pada tahun 2006. Bersama motor bernopol AB 4049 NU merek “Legenda”
keluaran pabrik Honda dan berwarna hitam itu. Nyaris, hampir kawasan Jogja
sudah saya jelajahi dengan motor itu. Motor yang dicuri maling dengan membobol
kontrakan saya waktu lebaran puasa kemarin (2014) sungguh begitu kurang ajar.
Si maling mencuri hanya semalam waktu
saya mudik ke Madura—semacam ada rencana khusus untuk mencuri. Saya mudik habis
maghrib. Paginya saya sudah mendengar kabar dari ibu RT kalau kontrakan saya
sudah dibobol. Benar-benar pencurian terencana.
Barangkali, sedikit agak lebay. Saya
juga bisa merasakan rasa sakit alias kerusakan yang menimpa motor saya. Entah,
hal persoalan sepele. Rasanya, semacam ada ikatan bathin antara saya dengan
motor butut saya tersebut. Itulah sebabnya saya memandang motor itu menjadi
bagian perjalanan dan pengalaman hidup saya selama di Jogja—semacam menjadi
legenda perjanan hidup. Sama dengan kendaraan Sam Witwicky dalam film
Transformers atau Dominic Toretto dan Brian O’Conner dengan kendaraannya dalam
Fast&Furious. Dalam dunia nyata ada Valentino Rossi yang bisa merasakan
kerusakan motornya.
Saya tidak hanya melihat motor
itu hanya susunan rangkan, rangkaian mesin, kepulan asap, penenggak
bensin—bahkan hanya hanya sekedar kendaraan. Sekali lagi, saya memandang AB
4049 NU bukan hanya sekadar kendaraan, tapi lebih pada bagian dari perjalanan
legenda hidup saya. Untuk apa kita memiliki kendaraan, jika hanya dieksploitasi
kegunaannya tanpa memikirkan nilai historisnya, bagian perjalannya, kontribusi
kegunaannya. Itu semacam kita menjadi manusia yang diciptakan Tuhan, malah
membuat kerusakan luar biasa dimuka bumi dan tidak pernah bersyukur pada
penciptaNya. Mencintai barang yang kita miliki, tidak saja merawatnya tapi juga
menjaganya.
Saya masih berharap si pencuri
mengembalikan motor AB 4049 NU itu. Entah, sekarang bagaimana pun bentuknya.
Namun, jika motor itu lebih suka dengan tuannya yang baru. Saya ikhlaskan saja.
Biarlah itu menjadi kenangan termanis..
0 comments:
Posting Komentar