demi
angka yang berhitung
demi
waktu yang bejalan
demi
kalung tasbih yang bersujud
aku
masih memegang
komitmen,
keputusan dan perjalanan
maka,
setiap kau luapkan seluruh emosi dan cemburu
pada
prasangka yang tak berdalil
pada
saat itu pula apa yang pegang ku taruh di kantong hatiku
dari
tempat jauh, disudut kebun bunga harapan
ku
nikmati seluruh laku dan pikirmu
hingga
kau lelah; tak lagi meledakkan luapmu
atas
nama yang ku pegang
tak
begitu sudi rasanya ku libatkan diriku terjebak
dalam
sumir-sumir kehidupan gincu luapmu
bukan
karena kebencian, dengki maupun permusuhan
tapi
demi cakrawala hati, nalar dan semesta
ku
pilih jalan ini sebagai pulir-pulir semu
yang
tersusun dalam ruang wajah Cleopatra
berselimat
hati sulaiman, bernoktah ratu balqis
sedang
dijauhan ada anak, hak, keadilan, kesetaraan—dan tuhan
dilintas
buldoser kediktatoran zaman dan kuasa
kita
pun terjebak dalam luap ruang; kebahagiaan diri pribadi
tanpa
lagi memikirkan ruang semesta yang terlindas tadi
kita;
masih menjadi pribadi masing-masing
dalam
luap dan labirin kebun bunga
sejatinya,
kita tidak saling mengenal;
dan semoga itu salah!
0 comments:
Posting Komentar