De Javu | REVIEW Revolvere Project

Tentang Penyaji Karya

Karya Revolvere Project yang digawangi tiga orang ini; Fahd Djibran (Penulis), Fiersa Besari (Musisi) dan Futih Aljihadi (seniman visual) belakangan ini cukup menjadi perbincangan dikalangan pembaca buku juga pecinta dunia maya. Seperti yang dijelaskan Fahd Djibran dalam blognya pribadinya (Fahdisme) Revolvere Project merupakan project hibrida sastra-musik-visual. Saat ini sudah ada 3 karya yang sudah dihasilkan Revolvere Project : Kau Yang Mengutuhkan Aku, Apologia Untuk Sebuah Nama dan Tentang Kita.

Mengenal Karya Revolvere Project

:Kau Yang Mengutuhkan Aku. Dalam karya ini kita akan dibawa untuk mengenal kisah seseorang dengan kekasihnya. Pasangan yang barangkali dianggap tidak lazim ditengah pertengkaran hubungan cinta dan nafsu. Hubungan percintaan yang sama-sama saling mengajak untuk bersabar dalam menghadapi hubungan tanpa ke(halal)an. Tepatnya hubungan; tanpa saling merusak. Meski jarak membelah hubungan mreka berdua.
Apa artinya kita berdua, bermesraan, tapi tak pernah saling mendoakan.
Pesan yang cukup tajam, romantis juga perasaan yang medalam. Kita diajak untuk saling mengerti dan memahami dimensi lain diluar diri sebuah hubungan; dimensi spiritual. Puncak cinta dimana ia harus berlabuh.
Saling mendo’akan; seperti ajakan bahwa hubungan dalam percintaan tidak lagi membicarakan dirinya sendiri. Poisisi cinta yang sudah mulai selesai dengan kegalauannya. Tulisan ini mengingatkan saya pada petikan surat Che Guevara kepada kekasihnya, Chichina. “aku tahu aku sangat mencintaimu dan sangat mencintaimu, tetapi aku tidak bisa mengorbankan kebebasanku untukmu. Ini berarti mengorbankan diriku. Dan aku adalah hal paling penting di dunia ini. seperti yang pernah aku katakan padamu dahulu…”. Karya Kau Yang Mengutuhkan Aku Revolvere Project bagi saya seakan menjadi keberlanjutan dari surat cinta Che Guevara; si pahlawan revolusioner.

Masih kurang romantis?

Pagi-pagi, selepas sembahyang, aku akan mendoakanmu dan kamu mendoakanku. Hingga pada saatnya sebuah SMS akan tiba, berisi tiga kata seperti biasanya: aku cinta kamu. Saya pikir siapa pun menonton Video Kau Yang Mengutuhkan Aku Revolvere Project ini akan dengan refleks menekan tombol pause. Berhenti sejenak dan membaca ulang tulisan diatas; dan dengan tiba-tiba bibir pun berucap “romatis”. Silahkan mencoba kalau tidak percaya dan perhatikan apa yang akan terjadi ;)



::Apologia Untuk Sebuah Nama. Masih menempel dalam kerak pikiran saya bahwa karya kedua Revolvere Project ini lahir pada saat hari Ibu. Mengajak alam bawah sadar kita untuk kembali mengingat orang yang paling dekat dengan kita. Mengingat segala hal yang telah dikorbankan untuk kita. Barangkali kita sendiri sudah mulai lupa atas apa yang telah ia korbankan. Apakah lupa lebih cenderung berlebihan? Ya, barangkali lebih tepat dengan menunda. Menunda untuk memberikan hal terbaik bagi ibu; dengan alasan yang kita sendiri; menunda!. Sebagai seorang perantau; nampaknya tulisan ini merupakan sindiran tersendiri bagi saya. Ibu tak bisa tergantikan oleh siapa pun di dunia ini—meski kita seakan kian sibuk di lumat waktu.
Tuhan begitu menyayangi setiap Ibu, sehingga jika kita mendapatkan restunya, Tuhan berjanji merestuimu: Lapanglah segala jalan kebaikanmu, terbukalah semua pintu sorga untukmu.
Didukung dengan kekuatan narasi; video wawancara, slide gambar dan lagu dengan nada lirik rendah karya kedua Revolvere Project ini mampu membangunkan bulu kuduk para warga penikmatnya. Terlebih di dukung dengan kekuatan tema yang mempunyai kekhasan tersendiri dalam sejarah kehidupan manusia. Disamping itu durasinya yang tidak terlalu panjang memudahkan para warga penikmat tidak perlu menghela nafas panjang.


:::Tentang Kita. Pertama kali menikmati karya ketiga Revolvere Project ini saya tidak terlalu paham siapa yang menjadi lakon utama dalam cerita; sampai akhirnya saya harus memutar yang kedua kalinya. Jawabannya ada di slide video yang terakhir; si kucing.

Tanpa instruksi apa pun pikiran saya pun terkoneksi dengan dengan karya Fahd Djibran yang lain A Cat In My Eyes (2008). Dalam salah satu babnya juga menceritakan tentang kucing yang sedang buang hajat (kotoran) dan manusia yang juga buang hajat; dan nampaknya lebih bermarbat kucing ketika buang hajat, masih sempat bertanggung jawab mengubur kotorannya sendiri. Ketimbang manusia yang kadangkala asal main tinggal buang hajat disembarang tempat tanpa tanggung jawab, padahal disisi lain manusia dianggap makhluk bermartabat—termasuk melebihi martabat kucing.

Nampaknya, 3 orang algojo Revolvere Project begitu pintar memainkan emosi para warga penikmatnya. Kita; termasuk saya, benar-benar tertipu kalau yang dimaksud dalam cerita Tentang Kita merupakan si kucing; memposisikan diri sebagai kucing yang mempunyai perasaan “galau”. Pelajaran yang bisa kita ambil dari karya ini, bagaimana kita membesarkan volume perasaan terhadap disekeliling kita—bukan hanya yang mencintai yang membuat kita bahagia; melainkan juga mereka yang peduli.

Catatan untuk karya Revolvere Project

Ketiga karya Revolvere Project dalam menampilkan gambar sama-sama menggunakan gambar tanpa warna; hitam-putih. Penikmat akan tergiring pada asumsi bahwa karya ini berada pada posisi pengalaman salah satu; atau semua personel  Revolvere Project. Terlebih alur cerita dari ketiganya sama-sama plot masa lalu. Namun, dari sisi  Revolvere Project mengajak para warga penikmat karyanya untuk merefleksikan diri; tanpa menggurui. Sountrack-nya pun sudah cukup bagus.

Saya sebagai seorang yang sudah tidak merokok dan pentingnya kesehatan diruang public; termasuk dari asap rokok. Pada karya ketiga Revolvere Project “Tentang Kita” sempat menayangkan seorang yang sedang merokok. Saya memberikan saran agar dihindari konten rokok; setidaknya, jika ada anak belia menikmati karya Revolvere Project tidak meniru aspek merokoknya melainkan mendalami pesan yang ingin disampaikan—meski saya juga Blogger yang mengkampanyekan anti asap rokok lewat Mozaik Rokok. Barangkali algojo Revolvere Project punya alasan tersendiri terhadap masalah ini.

De Javu

Menyelami 3 karya  Revolvere Project ini bagi saya bukan hanya mengajak berefleksi melainkan juga membangunkan hal-hal yang barangkali kita sendiri seakan pernah mengalaminya—de javu. Alam bawah sadar kita tanpa diintevensi menghidupkan lampu-lampu terang untuk sekedar menerangi rasa penasaran dan keingintahuan. Mungkin saja hal ini terjadi karena tema yang diangkat Revolvere Project merupakan hal-hal yang ada dikeseharian kita; namun, tanpa alasan kita sendiri melupakannya.

Dan terakhir, saya sebagai bagian warga penikmat Revolvere Project. Yakin Revolvere Project mampu memberikan banyak efek positif pada generasi muda; tentunya dengan karya-karya kreatif yang lebih dekat dengan anak muda.

Begitu saja review atau tepatnya kegalauan saya terhadap karya Revolvere Project!, Semoga makin kreatif dalam karya-karya yang selanjutnya. Saya tunggu kehadirannya. :) [cm]

Gambar bisa klik (disini)

4 comments:

Penanti Hujan mengatakan...

wahh hebat bisa mereview ketiga2 nya

salam kenal cakmakrus^^

Dodi Iswandi Mauliawan mengatakan...

setuju soal rokoknya, cak!
salam kenal juga btw :D

Anonim mengatakan...

Kebetulan kemarin lagi seharian. Setidaknya, ini untuk menghargai karya yang pernah saya nikmati. Makasih ya sudah berkenan singgah ke review saya. Salam kenal balik :)

Anonim mengatakan...

@ Dodi IM : Barangkali, bukan cara rokoknya yang disampaikan. Mengingat 2 karya sebelumnya tidak ada. Mudah2an ini bisa jadi masukan untuk Revolvere Project di karya yang selanjutnya. Salam kenal juga :)