Jika anda pernah datang ke Jogja dan
belum makan Gudek juga tidak jalan-jalan di Malioboro serasa belum sempurna.
Nampaknya, Gudek dan malioboro mempunyai magnet tersendiri sebagai icon yang tak terbantahkan dan sudah
menjadi kelaziman di Jogjakarta. Barangkali, Angkringan yang jumlahnya mencapai
ribuan di Jogja ini bisa menjadi alternatif wisata kuliner yang bisa dinikmati
diluar 2 icon diatas. Angkringan
sebagai tempat berkumpul rakyat jelata hingga pejabat menawarkan suasana hangat
keakraban para kongkower yang betah
mengobrol—2 bungkus nasi kucing dan segelas teh/jeruk beserta atribut makanan
khas angkringan bisa dinikmati sampai pagi. Angkringan memang menawarkan
suasana obrolan tingkat lama.
Saya ingin menghadirkan beberapa
obrolan kecil dibeberapa kalangan pedagang angkringan terkait rencana kenaikan
BBM per 1 April 2012. Tanpa saya kira, ternyata pedagang angkringan yang saya
temui nampaknya cukup akrab dengan keributan politik juga kekisruhan ekonomi
negeri ini. Barangkali, mereka banyak mengenyam perbincangan para aktivis,
pejabat atau bahkan kaum pengangguran yang banyak membincangkan kebijakan
pemerintah di angringan mereka.
Tiga minggu yang lalu istri saya baru selesai melahirkan. Dan cukup banyak mengeluarkan uang mas. Sekarang malah dihadapkan pada kenaikan BBM. Mungkin, bagi sebagian orang kenaikan BBM tak berdampak pada kami sebagai pedagang angkringan. Tetapi, akan tetap berpengaruh pada dagangan yang bahan utamanya sebagian mengalami kenaikan di pasar. Keuntungan pedagang angringan sebenarnya hanya menggantungkan pada keuntunganya diminuman saja. Soalnya, makanan yang kami jual sebagian besar titipan orang.
Keluh salah seorang pedagang angkringan yang ada
dipinggiran alun-alun utara. Wajahnya yang kalem dan pucat serasa menanggung
beban mahalnya rumah sakit. baginya, sekarang biaya rumah sakit menjadi momok
yang cukup menakutkan. Pelayanan yang masih apa adanya bagi para kalangan
Jamkesmas seakan menjadi anak tiri yang bisa dikebiri jaminan kesehatannya.
Obrolannya, kesana-kemari dan seakan beban hidupnya dituangkan pada lawan
obrolannya.
Saya punya 3 orang anak yang masih kecil, termasuk yang baru lahir. Penghasilan saya sebagai pedagang angkringan tak bisa mencukupi keperluan kami sehari-hari. Entah, dengan cara seperti apalagi saya harus mengirit pengeluaran. Saya tidak paham soal politik tapi melihat ulah pejabat Negara sekarang ini yang suka korup membuat saya geram. Sekarang, saya sedang nunggak pembayaran cicilan motor 3 bulan mas.
Kebiasaan pedangang kaki lima—mungkin
termasuk pedagang angkringan. Menurut seorang kawan yang pernah meneliti bisnis
pedagang kaki lima mengungkapkan bahwa sebagian besar pedagang kaki lima
mengalami kecenderungan untuk mengkredit sepeda motor pada sebuah leasing kendaraan bermotor. Misalnya,
sistem uang muka dan cicilan yang kecil mengakibatkan pedagang kaki lima lebih respect mengambil sistem motor kredit ketimbang
cash, disamping model motor terbaru—tanpa
memikirkan dampak resiko. Biasanya, resiko yang dihadapi kasus ini terletak
pada gagalnya pembayaran cicilan bulanan. Hal ini ditengarahi oleh banyaknya
pedagang kaki lima yang diusir dari tempatnya berjualan akibat adanya bahan
yang dilarang di dalam komposisi bahan jualannya (sebut; kasus formalin dan
borak). Artinya, secara tidak langsung pedagang kaki lima yang mengkredit motor
dikenakan beban ganda—cicilan motor, pengeluaran rutin belanja keluarga dan juga
kenaikan BBM.
Saya sudah bekerja jualan diangkringan menjelang 2 tahun. Menu makanan angkringan makanan rakyat mas. Juragan saya sering mengeluh akibat mulai menurunnya penghasilan yang dihasilkan dari bisnis angkringannya terlebih kebutuhan pokok mulai beranjak naik. Gaji saya hanya 300.000 tiap bulannya. Dan jam kerja dari jam 4 sore sampai dini hari. Sekarang mencari pekerjaan sangat susah. Makanya, saya bekerja apa yang bisa saya kerjakan.
Dia laki-laki berusia 27 tahun,
berasal dari Temanggung. Perawakannya juga kalem dan gesit dalam menyediakan teh
atau memasakkan mie rebus. Keinginan darminto cuma satu, ia ingin mempunyai
bisnis angkringan sendiri. Bagi dia, seandainya pemerintah tidak memberikan BLT
yang hanya 3 bulan dalam tiap kenaikan harga BBM melainkan bantuan modal kerja,
hal itu akan jauh lebih produktif ketimbang mengajarkan rakyat sebagai hidup
dalam rasa iba. Barangkali, kita membutuhkan banyak Darminto yang berjiwa
pengusaha. Meski kadang bisnis ini sebagai bisnis kelas bawah. Padahal dalam
hitungan penghasilan mereka bisa berpenghasilan antara 100.000-200.000 tiap
malamnya—walaupun tidak semuanya sama.
Saya kurang tahu mas soal kenaikan harga BBM. Namun, yang jelas waktu pulang ke Magelang kemarin ongkos bis akan naik. Kalo benar Pak SBY positif menaikkan harga BBM dan mengakibatkan kenaikan tiket bus mungkin saya kan menjenguk istri saya hanya 1 bulan sekali. Penghasilan saya sebagai pegawai warung bakso dari pagi sampai sore. Dan kemudian diteruskan berdagang angkringan dari sore sampai tengah malam belum bisa menutupi kebutuhan rutin keluarga. Anak saya sudah sekolah. Dan kemarin rumah saya roboh akibat erupsi merapi.
Apa yang diungkapkan Mas Surip hampir
sama dengan yang dikemukakan dua orang pedagang angkringan sebelumnya. Padagang
angkringan yang jualan di jalan Gerjen tak jauh dari asrama Muallimat ini menggantung
konsumennya pada anak-anak asrama yang jajan. Jika anak asrama libur sekolah
maka tak jarang penghasilnya pun ikut berlibur. Bagi Mas Surip, mestinya
pemerintah lebih bijak dalam mengeluarkan kebijakan untuk rakyat miskin. Ia sendiri
bahkan tak menerima BLT kenaikan BBM tahun sebelumnya padahal pemerintah
mengklaim bahwa BLT sebelumnya dianggap berhasil bahkan malah menjadi komoditas
jualan politik.
Sekarang semuanya kembali pada
rasionalitas dan keterbukaan hati pemerintah dan DPR. Tak perlu mencari alibi
atas kebijakan yang malah menghadapkan rakyat pada pasar internasional. Padahal
satu sisi rakyat mayoritas buta dengan hutan belantara pasar bebas. Jika kenaikan
BBM ini sebagai upaya penyelamatan ekonomi nasional mestinya pemerintah tak
gelapan dengan data yang dihadirkan oleh mereka yang menolak. Terlebih menghadapi
kaum protes malah disambut oleh apatus TNI yang fungsi dan perannya menjaga
stabilitas nasional dari gangguan luar.
Entahlah, mengapa penguasa malah
begitu heroik menghadapi protes rakyatnya sendiri. Ada apa dengan rejim ini?
Pak Er, Darminto dan Mas Surip|terima kasih dan atas kehangatan diskusinya.
0 comments:
Posting Komentar