Hidup Itu Ujian



Menjalani hidup—seperti mengikuti ujian semesteran dalam kelas. Ada yang mengawasi, ada yang diawasi, ada fasilitas juga harus ada ketenangan. Mula-mula kita duduk dikursi yang telah disediakan lengkap dengan kodrad nomor ujian kita sendiri—area hidup yang harus dijalani. Rasa nyaman, konsentrasi dan ketenangan yang kita butuhkan untuk mengerjakan semua soal. Barangkali, disinilah pentingnya penguasaan diri dan ketajaman spriritual kita.

Tak perlu tergesa-gesa mengerjakan soal. Tulislah nama dikolom atas kiri sebagai bentuk identitas diri bahwa kita bukan pelengkap dalam ujian. Melainkan orang sudah benar-benar siap mengerjakan dan siap mempertanggung jawabkan. Pilihlah soal yang paling mudah untuk bisa kita kerjakan. Namun sebelumnya jangan lupa membaca petunjuk ujian yang ada dibagian paling atas. Menjawab soal itu penting untuk menjawab dan menyelesaikan masalah. Tapi mengikuti perintah menjawab soal itu jauh lebih penting sebab berkaitan dengan jawaban kita—petunjuk atas apa yang kita anggap benar. Memahami sebagai bentuk arahan yang wajib dilakukan atau dihindari. Seperti kitab suci yang mengatur ritme perjalanan hidup.

Dalam menjalani ujian tak perlu melirik jawab kawan yang ada disebelah kiri-kanan, depan-belakang untuk mencari alibi jawaban dengan ketidakjujuran. Jawablah dengan jujur dengan ilmu yang telah kita pelajari sebelumnya. ilmu yang bermanfaat hanya akan hadir pada mereka yang mengutamakan kejujuran, kejernihan hati dan penghargaan atas ilmu. Menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban hidup—dan itu tak bisa kita tolak!

10 menit lagi..” peringatan bahwa waktu ujian akan segera berakhir. Kita makin garang berkelahi dengan waktu yang tersisa. Waktu begitu berharga kala beban banyak yang menghimpit. Banyak sedikitnya soal yang sudah kita selesaikan tak akan banyak berpengaruh pada waktu yang sudah dibatasi. Inilah batas usia yang akan kita napaki saat ajal sudah didepan mata. Kita tak bisa lagi mengerjakan banyak hal untuk memperbaiki diri. Dan inilah mengapa penghargaan atas waktu begitu penting untuk mengerjakan kebaikan sebagai bekal dikehidupan yang abadi—setelah mati. Dalam waktu yang tebatas, kerjakanlah sejauh yang bisakita kerjakan—dan bila semua harus berakhir, sejauh itulah kemampuan kita.

Suatu saat nanti di dunia yang abadi. Kita semua berharap dapat menerima raport dengan tangan kanan bukan dengan tangan kiri. Tangan yang akan membawa kita pada tempat yang istimewa disisi Tuhan.Ya! kehidupan yang kita jalani ini adalah ujian. So, sabar dan berusahalah. :)

0 comments: