Galau dan Cinta


Jika belum siap melangkah dengan seseorang. Cukup cintai ia dengan diam karena diammu adalah bukti cintamu padanya. Dengan begitulah kau memuliakan dirinya. Karena kau tak mengajaknya menjalin hubungan terlarang. Dan mau merusak kesucian dan penjagaan hatinya. Dari diammu, sungguh telah memuliakan dirinya dan dirimu juga akan terjaga. Sebagaimana diamnya Fatimah Az Zahra dan Ali Bin Abu Thalib yang diam namun akhirnya menikah. Bersabarlah dalam diammu karena tulang rusuk tidak akan tertukar. WallahuA’lam.

Galau!. Nampaknya pernah melanda sebagian besar dari kita. Mulai dari percintaan, pekerjaan, cita-cita, bahkan jodoh yang kunjung turun cong!. Dalam kamus bahasa Indonesia Galau berarti sibuk beramai-ramai ; ramai sekali; kacau tak karuan. Sederhananya galau tak lain ekspresi yang terkumpul dan terluapkan melalui beberapa ruang yang ada disekitarnya sebagai bentuk dari sesuatu yang tertahan. Aktualisasi dalam ruang inilah yang kemudian menjadi korban untuk meluapkan segala kehendak—misal Facebook,Twitter, Blog dan lainnya.
Histeria masyarakat modern dengan dunia barunya. Dunia yang memalingkannya dari realitas dirinya sendiri. Tanpa sadar perlahan orang kian sibuk dengan gadget. Tak acuh dengan orang yang ada disekitarnya—sibuk dengan masyarakat maya. Bahkan tersenyum dan tertawa sendiri ditengah ramainya pasar Beringharjo—gila!.
Namun, ada yang cukup menarik jika lebih teliti melihat status facebook, kicauan twitter dan celotehan Bloger—sebagian besar masalah percintaan. Berdoa akan cintanya, menyatakan cinta, ditolak cintanya, diterima cintanya—bahkan diusir oleh mertua. Ha!. Cinta—menjadi tranding topic absolute yang tiap hari menghiasi dinding dunia baru. Sedari manusia diciptakan sampai detik ini masalah cinta ini hampir tak ada habisnya untuk dibahas dan tak jarang diperdebatkan. Cintanya yang tercapai akan tersenyum bak patung selamat datang di lorong hotel. Dan yang bernasib sial akan duduk melamun satu meja dengan Phat Kai—Cinta deritanya tiada akhir..
Ya!. Sejarah cinta keturunan Adam dan Hawa selalu mempunyai banyak saksi untuk menerjemahkan titah Tuhan—saling mengenal satu sama lain. Inilah fitrah manusia yang tak bisa terbantahkan. Sudah tak terhitung buku, atikel, novel, roman, pantun, sajak, puisi—dan drama yang berujung tragis. Semuanya hanya untuk memahami dan mengagungkan cinta. Kemisteriusan cinta inilah yang terkadang memejamkan mata yang menganggap cinta untuk mencari kebahagiaan sesaa—cinta tak habis sejauh mata memandang cong!

Aku hanya menjalani apa yang ada didepanku. Masa depan hanya Allah yang tahu. Belajar untuk melalui ketakutan serta kekhawatiran dalam diriku. Belajar membenamkan masa lalu. Maaf jika nanti aku tidak dapat seperti yang kau inginkan. Maaf bila melukaimu. Maaf jika suatu ketika aku menyakitimu. Karena aku kini sebagai seorang murid di sekolah kehidupan. Pasien di rumah Sakit kehidupan. Yang sedang menjalani hidup yang lebih baik. Yang sedang berobat untuk kesembuhan jiwa juga hatiku.

Hidup adalah bagaimana kita memaknainya. Bukan hanya menjalaninya. Biarkan semua berjalan tanpa rekayasa,dibohongi bahkan dipaksa. Anggaplah ini menjadi ruang untuk saling membebaskan. Masa lalu adalah cara kita memperbaiki kualitas hidup kedepan. Maka jika cinta kita merupakan jawaban atas hal yang kurang menyenangkan tentang cinta jadikan ini sebagai ruang untuk saling membaikkan.

Taukah kau cong! ada dua hal kadang membuat sebagian orang negeri ini menjadi orang pelupa. Pertama koruptor yangsuka menjarah uang rakyat dengan sangat culas. Bisa kau saksikan berita akhir-akhirnya ini dimana seorang menteri tidak mengenal staff ahlinya sendiri. Dan kedua pasangan yang selingkuh.[terkutuk!] kalau kau sampai tersesat dalam dua jalan ini. Dikeningmu dengan tanpa diminta sudah tertancap tulisan terkutuk—barangkali akan mendahului datangnya Dajjal. Nyatanya, sampai detik ini koruptor menjadi spesies lumrah. Perlingkuhan menjadi ajang rutin. Berjalan dengan dengan kebiasaan diatas lambaian tak acuh kaum cuek!. Amboi, dimana masa depan negeri ini?
Tak usah kau tanya masa depan negeri ini cong!. lagi-lagi harus aku sampaikan padamu, kalau penguasa negeri kian hari makin sibuk dengan urusan masa depannya sendiri. bagunlah sendiri masa depan negeri dengan tanganmu sendiri. sekecil dan sebesar apa pun. Itu lebih baik ketimbang kau melamun dan tak berbuat apa-apa—terkecuali kau menjadi orang yang lemah imannya; berdoa.
Cinta—harus dimiliki setiap yang melata di bumi ini. Sebab Tuhan menciptakannya bumi dengan penuh rasa cinta. Cinta adalah penjaga keseimbangan di alam persinggahan. Cinta pada lingkungan menjaga dari ragam bencana, cinta pada pasangan menyempurnakan setengah agama,cinta pada rejeki mensyukuri karunia, cinta pada kematian menghargai hakekat hidup—semuanya dibangun atas cinta.
Segala bentuk pengrusakan dan peruntuhan nilai dari cinta setidaknya menandakan bahwa inilah akhir sejarah anak manusia—timbul ketidakpercayaan dan kedakdamaian yang luar biasa. Cinta butuh ekspresi untuk menuangkan nilai yang terkandung. Maka banyak orang yang kemudian mempersepsikan cinta hanya sekedar hubungan antara laki-laki dan perempuan—teler oleh luapan hati yang meledak-ledak. Cinta semacam ini masih berada dalam gugusan terluar dari cinta. Cinta lebih lebih luas dari pada itu seperti yang pernah diungkap Kahlil Gibran—cinta diri, alam, keindahan dan Tuhan.
Makanya, sangat menggelitik dalam pikiranku. Ketika orang masih memperdebatkan antara pacaran dan ta’aruf—bahkan seorang ustadz selebritis mengungkapkan dirinya sedang melakukan ta’aruf untuk mengenal pasangannya. Tak kenal kata pacaran—ta’aruf langsung menikah. Padahal kalau kita melihat secara lebih mendalam bahwa pacaran dan ta’aruf berada dalam satu makna dan satu tujuan yakni mengenal lebih jauh pasangannya—hanya saja dalam beberapa kasus pacaran selalu dianggap sesuatu yang negatif dan merusak. Pacaran dan ta’aruf hanyalah media untuk mengenal satu sama lain tanpa saling merusak—hakekat cinta adalah saling menjaga dan mengingatkan untuk mencapai kemuliaan hidup yang sesungguhnya. Maka pacaran dan ta’ruf seperti pedang jika ia gunakan oleh orang baik maka ia menghasilkan kemanfaatan bagi orang lain—begitu juga sebaliknya jika jatuh pada orang yang salah bukan mustahil melahirkan kerusakan dan tak bernilainya arti kehidupan.

Galau/cinta/beda/mumet/silahkanprotes/berfikir/he!

2 comments:

Dwi Pratiwi mengatakan...

boleh saya copas ke blog saya? sebagai bahan renungan sendiri..?

Anonim mengatakan...

boleh tidak apa. silahkan. salam kenal