Diujung tahun seperti hari ini. Tidak
sedikit orang memikirkan tentang apa yang pernah ia lakukan selama satu tahun
belakangan. Ada yang senang karena target hidup yang direncanakan selama satu
tahun ini berbuah sukses besar. Ada juga yang sedih karena selama sepanjang
tahun ini ada banyak masalah yang harus dihadapi—tidak sesuai dengan
harapannya. Namun, ada pula yang tidak merasakan apa-apa yakni mereka yang
tidak punya rencana apa-apa. Bagaimana pun segala hal terjadi ditahun ini dan
sebelumnya. Patutnya kita jadikan pelajaran untuk bisa memperbaiki diri,
sehingga kita pun menjadi bagian kebaikan yang memberikan harapan terhadap
banyak orang.
Bagi salah seorang dosen sepuh
yang pernah saya temui. Tahun ini merupakan tahun yang menyenangkan untuknya. Beliau
bilang akan belajar lebih tekun untuk menggunakan internet. Maklum saja, beliau
terbilang agak ketinggalan dalam perangkat yang satu ini. Sebab waktu beliau
kuliah hanya menggunakan mesin tik—hingga terbawa pada saat beliau mengajar
hingga kini. Uniknya, ia juga merasa bahagia menggunakan media jejaring sosial
yang baru dikenalnya—dan mungkin itulah salah sebab beliau akan rajin belajar
menggunakan internet. Entah, karena diusilin mahasiswa yang membuatkan
emailnya, hingga passwordnya pun bersandi “tua bergaya”. Barangkali, apa yang
dilakukan oleh dosen sepuh ini merupakan sebuah resolusi yang hendak ia
lakukan.
Meminjam semangat sang dosen
sepuh. Upaya memberikan target tertentu dalam menjalani suatu perjalan adalah
hal yang cukup penting. Sekalipun, target yang kita tetapkan bukan serta
menjadikan kita menjadi manusia ambisius yang melalap habis apa yang ditemui
demi capaian target diakhir tahun. Barangkali, upaya untuk menjadikan proses
perjalanan hidup sebagai bagian dari kefitrahan yang senantiasa berjalan secara
alami dibutuhkan beragam daya dan upaya. Yang disertai dengan harapan—doa yang
juga menggebu terhadap Tuhan. Jadi, mengganggap perjalanan hidup sebagai fase
yang unik di dunia, tidak bisa dilepaskan dari pandangan terhadap dunia bahwa
dunia merupakan ruang untuk memperbaiki diri yang sifatnya lebih bertakdir
sementara. Maka, dari sinilah kita membutuhkan beragam persiapan dan
merefleksikan diri.
Ruang untuk merefleksikan diri
inilah yang menjadikan kita akan menjadi lebih bijak. Tidak secara terburu-buru
mengejar obsesi yang tertarget. Juga tidak melambatkan diri dengan kenyenyakan
via zona aman. Dengan sama-sama merefleksikan diri, maka akan mengantarkan kita
tidak akan menjadikan tahun baru sebagai upaya bersikap hura-hura. Merayakan dengan
ledakan emosi yang berlebihan. Namun, menjadikan diri lebih melihat bahwa—tahun
baru adalah fase diri untuk menepi dan menenangkan diri tanpa suasana yang
berlebihan. Pada tahap selanjutnya, pada tahun depan kita akan bertemu lagi
dengan tahun baru dan seterusnya—kita akan bertemu kembali dengan perayaaan
ini.
Selamat menanti detik-detik
pergantian tahun 2015. Selamat merefleksi. Selamat merencakan target
selanjutnya..
0 comments:
Posting Komentar