Jarak


1
ribuan tanggal sudah kita lalui. Jutaan jam pun berguguran tanpa kita ketahui. Aku dan kamu masih seperti dahulu. Menatap hari tanpa rasa curiga. Mesin teknologi seakan menjadi tuhan atas perjalanan yang kita alami.
gimana kabarmu.
aku masih sibuk sekarang
itulah perayaan kata yang selalu ada diantara kita

2
kita melupakan seluruh nostalgia tentang masa lalu. Mencoba menggali angan namun pisah yang menegak. Kadang kala dunia akan berlari atas kesombongan diri yang tak pernah sesal. Barangkali, pada manusia fitrah lokasi salah dan lupa.

3
aku tidak berubah masih seperti dahulu. Alibimu menutupi ribuan sinis dari bibir para pengacau. Perburuan jaman dan gaya hidup kian buas melumat tanpa sadar. Karena yang hadir lekuk tubuh pengundang syahwat.

4
Oh, apakah cinta kita hanya untuk seonggok daging? melihat harapan lama kian menyepi. Perayaan kebaikan perlahan menjadi serbuan angka tentang untung dan rugi, kaya dan miskin, pesangon dan pensiun—bahkan surga dan neraka. Semua bernilai ekonomis!

5
apakah waktu yang kita persoalan atas semua keinginan yang berlalu. Nampaknya, kita terlalu egois mencari kambing hitam atas kesalahan sendiri. Bayang malam masih seperti kemarin menggedor pintu pengingat masa lalu. Aku menutup mata dengan suratmu 31 Desember 2009 pagi itu .
Sekilas kisah tentang misteri hari. Entah, apa yang hendak akan terjadi. Rasanya, sulit untukku memahami perjalanan hari ini. Hariku redup bagai laut yang surut. Aku tidak tahu apa yang surut atau bahkan siapa yang merebut. Karena untuk hari ini, hatiku kalut.
akulah wanita terkuat. menahan sabar dalam diam yang tak kunjung usai. Melumat semua berani, lemah, gundah dan segala bentuk resah yang menggantung direlung hati dan senyum sumbringah. akulah wanita terhebat. Saksi atas sejarah luka dan tawa tanpa makna bahagia. Tuhan masih membelaku?
6
ketika itu, aku mulai mengajakmu mencium malam. Menikmati ribuan kata. Menghidupkan lampu nion dalam hatimu. Mengusir kabut gelap.

7
maka, saat pagi mulai memanggang kita esok hari. Apakah kau masih masih merindukanku seperti dahulu. Melawan indah mentari pagi, lewat sejumlah pesan pendek.

8
biarlah Tuhan dan waktu yang mempahalakan, atas jarak ratusan kilometer yang telah kita korbankan. Barangkali, kita harus menikmatinya seperti biasa. Sebab jarak hanya satu hasta dari tanganmu dan tanganku; hati kita berdua.

9
aku masih peri malammu, membangunkan dipertiga malam untuk sekedar mengingat tuhan. Begitu pesan pendekmu pagi tadi.

10
tersenyum.. J

0 comments: