Mei, Mei, Mei..
Hah, bulan teraneh. Entahlah, aku sendiri tidak mengerti. Dari pada aku memikirkan bulan aneh ini, baiknya aku membuka lembaran kecil yang tercecer untuk sekedar bercerita kesana kemari mirip setrikaan. Sekalian menenangkan pikirin dengan membiarkan jari menari di keyboard laptop yang rusak ini. maklum saja baca buku Alan Greenpan belum kelar. Begini ceritanya :
26 Mei 2010
2 hari ini adalah hari-hari yang membuatku disorientasi, pikiranku kacau. Setiap orang pasti mengalami masalah terbesar dalam hidupnya. Langit seakan runtuh 2 hari terakhir, lautan pun seakan tumpah membersihkan seluruh isi bumi. Jika ada seseorang terjebak dalam sebuah masalah pastinya ada sebuah harapan yang bisa membawanya kembali berfikir bagaimana ia bisa melakukan yang jauh lebih baik.
Tuhan menitipkan pesan kepada Muhammad “apabila kamu sudah menunaikan usaha maka bertawakallah kepada Allah”. Ya, sekarang aku menunggu the secret itu. Aku sudah melakukan segalanya yang sudah aku anggap dengan cara terbaik. Aku hanya tertawa melihat nasib bodohku ini. Ntahlah, apa yang menggerakkan aku bisa melakukan sesuatu yang ada diluar pikiran orang biasa. Seseorang tak akan pernah mengalami pendewasaan hidup jika menjalani hidup dengan cara yang biasa, cara yang luar biasa hanya akan membuat gila jika tak dimbangi dengan mental yang luar biasa. Apa sekarang aku dalam keadaan gila??ntalah aku sendiri juga tidak tahu. Aku menenangkan pikiranku yang sedang kacau dengan virus kehidupan yang belum aku terima ini. Tasbih itu terus berputar, mirip putaran bumi yang tak terasa. Ia terus berhitung diujung jariku. Inilah mental-mental budak yang mengingat sang Tuhan jika sedang dalam keadaan masalah besar. Aku pun memejamkan mataku dengan harapan aku bisa menemukan jawaban saat aku terbangun atau dapat menghilangkan virus masalah yang sangat membebani saat ini.
Saat aku bangun hanya ruang hampa kostku yang menyapa. Aku coba untuk menenangkan pikiranku dan merebahkan kembali tubuh yang kian lemas. Aku pejamkan mataku sejenak, ku kosongkan pikiranku. Aku coba membuang harapan gagal itu. Selang beberapa menit kemudian keluarlah pikiran ini “sesuatu yang kita anggap istimewa dan terbaik itu hanyalah sesuatu yang biasa-biasa saja, hanya tertutupi oleh ketidaktahuan. Inilah hidup, tak semuanya yang kita impikan tercapai dengan begitu mudah. Instropeksi dari apa yang sudah dilakukan selama beberapa bulan ini. Kamu sudah menemukan sesuatu yang lain meski yang dianggap istimewa itu harus pergi ke tempat yang jauh. Kamu tak bisa mengantarnya mungkin saja ia sudah menemukan gerbang lain dimasa depannya. Ikhlaslah dengan apa yang dilakukan selama ini. Segala perbuatan akan mendapatkan reward dengan berbagai bentuknya. Lakukanlah apa yang membuatmu lebih baik untuk masa depan. Masa depan bukan orang lain yang menentukan melainkan dirimu sendiri. Jangan pernah malu dengan kisah perjalanan hidup, masih ada harapan baru. Ayo, bangun..”. ya, aku menjawab masalahku sendiri. Aneh! (JAP : 308).
Tiap orang akan mengalami kegagalan besar dalam hidupnya dengan segala bentuk masalah yang mengantarkannya. Bukankah tanpa adanya “kegagalan” manusia kadang dianggap kurang “gagah”. Tapi sudahlah, kegagalan harus dimaknai sebagai sebuah proses yang selalu yang harus disalahkan.
Dari sudut yang lain pemaknaan dengan sukses-gagal tak lebih hanya sebuh nilai dari hasil. Jarak yang telah terjadi antara hasil dan proses adalah harapan. Nah, harapan inilah yang bisa harus kita pahami sebagai sebuah jalan luas dan banyak cara menuju tujuan yakni kebaikan. Kabaikan, sebagai tujuan terindah dari sebuah pemaknaan terhadap masalah yang dihadapi.
Hidup tanpa masalah dan kegagalan tidak manis bukan? ;)
23 Mei 2011
Nah, kita hempakkan pemikiran kita untuk sedikit membincangkan masalah cenderung sedikit sensitive antara kehidupan dan cinta. Aku tak mengerti kenapa kali ini aku ingin membincangkan masalah ini. tapi sudahlah, tak ada yang keliru jika aku mau membincangkannya. Toh, tidak dosa bukan?
Go to your fields and your gardens, and you shall learn that that it is the pleasure of the bee gather honey of the flower But it also the pleasure of the flower to yield its honey to the bee. For the bee a flower is fountain of life and the flower a bee a messenger of love.
Begitulah ungkapan Kahlil Gibran dalam bukunya The Voice of The Master. Nampaknya analogi diatas hanya ingin mengantarkan kita untuk lebih memaknai bahwa kecintaan terhadap kehidupan menembus dimensi alam fisik. Lebah memang membutuhkan bunga untuk melanjutkan kehidupan namun sedikitpun tak pernah bunga merasa dirusak oleh lebah meski ia telah menghisap habis sang madu. Inilah kehidupan yang harus dimaknai sebagai sesuatu yang tak bisa hidup secara sendiri, kita membutuhkan hal lain baik alam dan manusia. Tanpa merusak apa pun.
Hari ini, aku menolak pandangan orang yang selalu mengatakan bahwa cinta menjadi biang keladi dari keributan ketika seseorang jatuh cinta. Penyempitan makna cinta menjadi pacaran/ta’aruf kadang menjadi sesuatu yang salah kaprah. Taruh saja, pacaran menjadi ajang untuk saling merusak dan ta’aruf sedikit lebih agamis. Kekuatan symbol inilah yang justru menjadi efek pengeringan cinta padahal pacaran atau pun ta’aruf hanya ruang untuk saling mengenal dan memahami bukan saling “merusak” namun saling “MENJAGA”. Untuk menjelaskan cinta ini aku memetik apa yang pernah disampaikan Al Ghazali
Cinta itu sebatang kayu yang baik. Akarnya tetap di bumi, cabangnya di langit dan buahnya lahir di hati, lidah dan anggota badan. Ditunjukkan oleh pengaruh-pengaruh yang muncul dari cinta itu dalam hati dan anggota badan. Seperti ditunjukkannya asap dalam api dan ditunjukkan buah dalam pohon
Setiap orang akan pasti akan mengakui tentang keberadaan cinta dengan berbagai definisi dan macam ekspresinya. Maka tak pelak keberadaan cinta ini sebenarnya bisa dimaknai sebuah ruh yang mampu menggerakkan diri untuk bisa memaknai apa yang ada dalam lingkaran bumi dan langit. Cinta bentuk dari kedamaian, kesenangan, kenyamanan dan harapan. Ia bisa membawa seseorang menjadi luar biasa dengan tenaganya. Oleh karena itu Mario Teguh menyatakan “jangan pernah membuat keputusan ekstrem ketika anda jatuh cinta”
Jika kita pernah membaca buku Habibie&Ainun karya Pak Habibie. Mirip kisah Romeo-Juliet ala Indonesia. Kisah hidup yang patut seseorang yang sedang jatuh cinta. Kisah 2 sejoli ini mengajarkan bahwa getaran cinta yang ada dalam hati memberikan sebuah isyarat tanpa bicara mereka sudah ada kontak bathin. Kecintaan pak Habibie pada Ibu Ainun digambarkan dengan sangat jelas didalam buku itu bahkan beliau menuliskan doa yang panjatkan untuk menenangkan diri ditengah kegelisahan jiwa yang ditinggal setengah jiwanya, Pak habibie menyebut kisahnya sebagai “Manunggal”. Kebesaran jiwa pak Habibi sama dengan kebesaran diirinya. Hemat kata “Orang besar adalah mereka yang membesarkan jiwanya untuk membesarkan orang lain melebihi dirinya sendiri”.
Udah dulu ya ceritanya, piring sudah mengantri untuk dimandikan. Takut emak berang dengan cintanya ;)
0 comments:
Posting Komentar